Beberapa hari yang lalu saya dipertemukan kembali dengan guru saya waktu MI (SD). Pertemuan yang begitu emosional bagi saya. Bu Watini, itulah nama beliau. Mengulang memori teringat jelas sudah belasan tahun saya tak bertemu dengan beliau. Beberapa bulan yang lalu saya juga berkesempatan berkunjung ke salah satu guru saya waktu SD yang rumahnya di Pucangsewu, Bu Siti Aminah namanya. Pulang kampung menjadi kesempatan bagi saya untuk bersilaturahim dengan orang – orang yang telah banyak berjasa bagi saya. Dan memang dari awal sudah saya niatkan untuk sowan ke rumah guru – guru SD saya. Kejadian bertemu dengan Ibu Watini berawal beberapa hari yang lalu ketika saya pulang dari belanja di pasar minulyo. Ketika melintasi sebuah rumah sebelum jembatan penceng ada sinyal aneh yang bergejolak dalam diri saya. Secepat kilat memori saya terbuka dengan jelas. “ouw iya, itu kan rumah bu Watini guru SD ku. Berati yang tadi di depan rumah itu Bu Watini”. Tanpa banyak menimbang – nimbang saya pun spontan menekan rem sepeda bututku dan berbelok arah. Inilah kesempatan yang diberikan Allah untuk saya bertemu dengan seorang yang telah banyak berjasa dalam kehidupan ilmu saya.
Saya pun berhenti di depan rumah Ibu Watini dan memarkir sepeda di pinggir jalan raya depan rumah beliau. “Assalaumaikum Buk”, kalimat pendek yang meluncur dari mulut saya. Ibu watini pun menjawab “Waalikumsalam”, dengan pandangan tajam beliau melihat saya dengan penuh tanda tanya dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ditengah – tengah kebingungan beliau, saya dengan sigap segera memecah keheningan pagi itu. “Saya Toha, buk. Toha Zakaria”. Dan seketika itu pula beliau langsung ingat dengan sosok yang ada di depannya. Saya pun bergegas menjabat dan mencium tangan beliau sebagai rasa hormat saya pada sosok yang telah banyak mengukir ilmu dan kenangan dalam hidup saya di masa Sekolah MI.
Obrolan pun dilanjutkan di dalam rumah ditemani secangkir kopi susu yang masih mengepul panas didampingi setoples roti biscuit. Beliau, Bu Watini dengan lincah memutar kembali cerita – cerita masa lalu ketika mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Tanjungsari Pacitan. Dan ternyata beliau juga masih sangat hafal dengan nama dua kakak saya yaitu Mas Luqman Arif & Mas Ilham Bunaiya. Saling bertukar kabar, saling bercerita tentang pengalaman masa lalu, saling menyemangati, menjadi hiasan pagi langka di bulan oktober. Saya pun tak bisa menutupi keharuan dari pertemuan emosional ini. Mendengar beliau bercerita dengan penuh makna, mata saya pun berkaca – kaca dan hampir saja keluar air mata. Waktu diajar beliaulah saya pernah tidak naik kelas. Iya, saya pernah tidak naik kelas yaitu waktu kelas 3. Apakah kemudian hal itu saya sesali? Pahit manisnya masa lalu akan menjadi sebuah lukisan indah bagi masa kini dan nanti yang sudah selayaknya disyukuri. Ditengah – tengah mengetik artikel ini saya pun teringat dengan petuah dari Dedy Corbuzier tentang pendidikan yang sungguh luar biasa. Bagi yang belum pernah mendengarkannya (wa bil khusus orang tua), wajib menyimaknya di link berikut ini http://youtu.be/lIxZF5HpAls.
60 menit berlalu mengiringi obrolan saya dengan ibu watini. Akhirnya saya pamit pulang dan sambil beranjak dari tempat duduk saya menyalami beliau sambil di iringi sepatah dua patah kata penutup. “Buk saya pamit dulu, terimakasih atas kesempatan dan waktu yang telah diberikan. Dari lubuk hati yang paling dalam saya haturkan banyak – banyak terimakasih kepada ibu yang telah banyak memberi warna ilmu bagi kehidupan seorang Toha Zakaria. Jasa – jasa ibu tidak akan pernah saya lupakan dan akan terus mengalir dalam darah kehidupan saya. Semoga ibu diberi kesehatan dan umur panjang, dimudahkan segala urusannya, dilancarkan rezekinya, dan selalu dalam naungan dan bimbingan Allah..Amin amin.” Ciuman pun mendarat di tangan beliau, menutup sebuah pertemuan luar biasa antara guru dan murid.
Dan saya pun segera mengayuh sepeda menuju pulang ke rumah.
Semoga Bermanfaat
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria