Disebuah Selasa sore di bulan mei menjadi salah satu hari bersejarah dalam hidupku. Hari ini sehabis ashar aku akan bertemu calon jodohku yang aku pun baru sekedar tahu namanya, yaitu Elis Zanaresti. Sebelumnya kami telah bertukar biodata dengan perantara dua orang teman. Dan tanpa ragu aku memberi nilai “Yakin” untuk biodata beliau. Kami berdua sudah sama – sama yakin dengan biodata yang telah ditukar, kami berdua sudah sama – sama yakin dengan sosok yaang akan menjadi pasangan hidup seumur hidup. Setelah saya yakin dengan profil mbak Elis, begitu juga dengan mbak Elis yang sudah yakin dengan profil seorang toha, akhirnya dihari senin dipertengahan mei sehabis ashar disebuah rumah seorang teman di sirnoboyo, saya dipertemukan dengan mbak Elis Zanaresti. Semakin dekat dengan rumah tempat pertemuan semakin hati berdebar – debar. Dan akhirnya jreng…jreng nampaklah sosok seorang perempuan yang masih asing di database otak saya. Di hati kecilku terucap syukur Alhamdulillah.
Setelah saling bertukar pertanyaan, menghilangkan keraguan, memantapkan keyakinan, Alhamdulillah pertemuan sore itu berjalan lancar sesuai harapan. Arah semakin jelas, dekat semakin berjodoh. Pertemuan sore itu ditutup dengan jamuan makan. Salah satu kesepakatan dalam waktu dekat yaitu sehari setelah pertemuan ini saya segera berkunjung ke gayuhan-arjosari rumah mbak Elis untuk memperkenalkan diri kepada orang tua dan juga menyampaikan niat baik yang sudah semakin mantap digenggam.
Tibalah hari rabu sore. Saya segera menutup toko lebih cepat. Rencana awal saya akan mengajak seorang sahabat untuk menemani dan kebetulan dia punya motor, namun di ujung waktu sahabat saya tadi membatalkan janjinya, jadilah saya sendiri dan harus segera mencari pinjaman motor. Bukan karena jarak ke rumah mbak Elis yang 12 Km, bisa saja saya tetap naik sepedah, dan saya pun sudah terbiasa menempuh jarak jauh dengan sepedah, namun karena ini adalah moment penting dalam memberi kesan pertama pada calon mertua, jadi rasanya ndak pass kalau saya naik sepeda. Akhirya setelah sahabat saya tadi tidak jadi menemani saya, segera saya memutar otak untuk mencari pinjaman motor. Menelpon seorang teman dekat tapi tidak diangkat – angkat. Datang ke salah satu saudara yang biasa jualan es campur di alun –alun barat ternyata lagi ndak jualan. Mau pulang ke rumah untuk meminjam motor tetangga kanan – kiri, saya baru ingat kalau hari ini sehabis maghrib ada ada hajatan aqiqahan di salah satu tetangga rumah, jadi ndak mungkin saya pulang cari pinjaman motor. Ahaaa… akhirnya saya ingat dengan salah satu sahabat dekat yang rumahnya di Gembong arjosari. Meski posisi dia ada di Jakarta namun tidak menjadi kendala, setelah menyampaikan niat saya via HP, segeralah dia menghubungi orang rumah untuk menyampaikan niat saya meminjam motor.
Selesai sholat maghrib di masjid Agung saya menuju gembong Arjosari (12 Km) menggunakan sepedah. Tepat menjelang isya saya tiba di gembong –rumah teman saya. Sehabis Isya saya meluncur menuju Gayuhan menggunakan motor Jupiter. Sambil mengingat – ingat petunjuk jalan yang diberikan tadi siang, saya pun mempersiapkan mental yang diiringi degup jantung yang berdebar – debar. Tak sampai 5 menit sampailah saya disebuah rumah yang masih asing buat saya. Saya disambut oleh bapak mbak Elis dengan senyum ramah. Kebetulan mbak Elis lagi tidak ada dirumah, beliau sedang mengantar ibunya ke jogja untuk Medical Check Up. Jadilah saya cuma berdua dengan bapaknya.
Sesekali saya menyeruput kopi yang disuguhkan yang masih panas “mongah – mongah” untuk terapi menghilangkan ketegangan. Di sebelah kopi ada sepiring pisang goreng yang sudah dingin. Saya pun mengambil satu untuk dijadikan bumbu hiasan kunjungan malam ini. “kretuk…kretuk” hmmm ternyata pisang gorengnya jenis langka yang sudah lama tidak saya jumpai. Pisang goreng penuh dengan biji. Saya pun menikmati dengan penuh (pura – pura) nikmat tanpa protes sedikitpun. Jadilah obrolan malam itu begitu mengalir lancar sesuai yang saya harapkan.
Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar. Jarum jam sudah menunjukkan puku 20.30 saya pun segera berpamitan dengan senyum lebar merengkuh hari untuk jodoh yang akan segera datang. Saya jadi teringat sebuah kalimat beberapa bulan yang lalu.
“Jika menunggu saat yang sempurna, waktu yang sempurna, kondisi yang sempurna, dan jodoh yang sempurna untuk menikah. Maka ketahuilah, yang sempurna itu tidak akan pernah ada. Yang ada waktu yang terus berjalan”
(bersambung) Lanjutannya silahkan baca di sini => http://www.tohazakaria.com/cerita-nikah-toha-zakaria-elis-zanaresti-2/
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria.
mas Tohaaaaaa.. Saya dewi mantan YQTEK /? ohh jadi taarufan yaa?? Kereeeeeeennn *.*/\ pas mas bilang ke aku mau nikah aku kira bercanda ternyata beneran… Kaget hehehehe.. SAMAWA ya mas.. Langgeng sampe maut memisahkan aamiin..
Btw bersambung nih, masih ada lanjutannya? ._.
Comment by Dewi Puspita Sari — September 16, 2014 @ 3:52 pm
Amin…Amin Ya Allah..
hehehe ya beneran to wi, lanjutanya udah aku posting lho, ada dua lagi
Comment by TOHA — September 16, 2014 @ 4:51 pm
Quote terakhir sepertinya familiar..heheheh
Comment by Darma Agung — September 16, 2014 @ 8:20 pm
Hahahaha…iya mas, kalimat itu benar-benar jadi mantra untuk saya. Suwun
Comment by TOHA — September 17, 2014 @ 8:35 am
[…] nikah Elis Zanaresti-Toha Zakaria, bisa dibaca di sini => http://www.tohazakaria.com/cerita-nikah-toha-zakaria-elis-zanaresti// Salam Penuh […]
Pingback by Catatan Hati Seorang Istri | Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya — June 19, 2015 @ 6:27 pm