[Terinspirasi]. Akhir tahun kemarin saya silaturohim ke rumah pak misbah (www.klikmisbah.cn) -semarang, yang sampai september 2008 satu kantor dengan saya. akhirnya dia memutuskan memecat boss tempat dia bekerja (Bos saya juga). dan memilih berbisnis. dan sekarang, penghasilan dia per bulan tidak akan dia dapatkan seandainya dia masih kerja di PT lama, bahkan jadi manager sekalipun.
25 Desember malam perjalanan dimulai. Malam itu sekitar jam 21.00 saya telah berada di stasiun senen. Tiket seharga 32 ribu telah saya dapatkan. Di tempat pembelian tiket ada papan pengumuman kecil yang memberitahukan bahawa selama liburan akhir tahun untuk kelas ekonomi diberlakukan “bebas tempat duduk”, artinya tidak ada lagi nomer kursi maupun nomer gerbong, siapa cepat dia dapat. Dapat tempat duduk tentunya. Begitu kereta berhenti ratusan orang berebut masuk demi mendapatkan tempat duduk. Dan Alhamduliilah saya mendapatkan tempat duduk tanpa harus desak – desakan. Dan keretapun berangkat sesuai jadwal membawa ratusan bahkan mungkian ada seribu lebih penumpang menuju semarang. Seribu penumpang dengan seribu kepala tentunya. Seribu kepala yang masing – masih kepala mempunyai peta kehidupan yang rumit dan personal. Seandainya selama kereta berjalan apa yang berkecamuk didalam seribu kepala tersebut di tulis dalam selembar kertas, tentu membutuhkan selembar kertas yang panjangnya bisa ratusan meter. Betapa setiap orang punya masalah, rencana, rasa bahagia, rasa susah, dan lain – lain yang unik dan berbeda setiap orangnya.
Sekitar jam 6 pagi saya tiba di semarang. Setelah istirahat sebentar di stasiun saya pun melanjutkan perjalanan. Di peta yang ada di kepala saya rumah pak misbah tidak jauh dari stasiun poncol. Info yang saya dapat rumah beliau dekat dengan masjid agung. Saya pun memutuskan jalan kaki dari stasiun. Tak nyampe 15 menit saya telah sampai di depan masjid agung. Disitu tertulis masjid Agung semarang. Ketika saya menelpon beliau, betapa kagetnya saya ketika mendapat jawaban dari beliau. Pak misbah mengatakan kalau rumahnya bukan dekat masjid agung semarang, namun dekat masjid agung jawa tengah yang ada di jalan gajah. Setelah mendapat penjelasan dari beberapa orang saya menyimpulkan kalau masjid agung jalan gajah tidak terlalu jauh dari masjid agung semarang. Dan memang beberapa orang yang saya tanyai mengatakan kalau jalan gajah tak jauh lagi. Dan jalan kakipun saya jalani. Mau cari angkot masih sangat awam dengan jalur angkot di semarang. Sayapun melanjutkan perjalanan dan sangat menikmati pencarian pagi itu. Akhirnya rumah pak misbah berhasil saya temukan. Tiba di rumah beliau jarum jam menunjukkan hampir pukul 9.00. saya kurang menyadari kalau ternyata jalan kaki yang saya lakukan barusan lebih dari 1 jam. Apakah saya telah gagal dalam perjalan menuju rumah pak misbah kali ini? Tidak ada kegagalan, yang ada hanya pengalaman. Dan setelah saya cek di GoogleEarth perjalanan yang saya tempuh ada sekitar 5 Km lebih.
Hampir 24 jam saya berada di rumah beliau sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan ke pacitan. Selama berada di rumah beliau banyak sekali yang kami perbincangkan.
Keesokan harinya saya melanjutkan perjalanan menuju pacitan. Dari semarang pukul 9 pagi, sampai pacitan pukul 4 sore. 4 jam perjalanan dengan kereta, 4 jam perjalanan dengan bis. 5 hari di pacitan sungguh sangat terasa lama. Mengunjungi kampung halaman dengan segala hiasannya memberikan energi tersendiri bagi saya. Energi semangat, energi perjuangan, energi loyalitas pada orang tua, dan masih banyak lagi. Di pacitan saya juga ketemu dengan beberapa Teman Semasa SMA. Perjalanan 18 jam pacitan – jakarta menggunakan bis seakan tidak terasa jenuh. Sepanjang perjalan balik ke perantauan berbagai semangat, rencana, impian seperti menyala – nyala.
Banyak inspirasi yang saya dapatkan dari mudik kali ini. Yang semakin meneguhkan saya dari mudik kali ini diantarnya adalah :
1. Mengingatkan saya untuk mencari kesuksesan yang holistik. Materi, sosial, keluarga, spiritual, kesehatan, diperjuangkan secara seimbang.
2. Belajarlah hingga akhir hayat. Hidup untuk belajar, bekerja untuk belajar. Selama badan masih mengandung hayat jadilah seorang pembelajar sejati. Jangan kamu takut dengan badai kehidupan selama kamu masih mau belajar, mencari ilmu. Belajar, belajar, belajar. Saya jadi teringat dengan apa yang pernah disampaikan oleh Henry Ford :
“Jika Anda menyandarkan harapan hidup mandiri pada uang, maka Anda tidak akan mendapatkannya. Satu-satunya hal yang menjamin kehidupan seseorang adalah cadangan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan.” Henry Ford, Pendiri Ford Motor Company (30 Juli 1863 – 7 April 1947)
3. Saat itu saya teringat dengan sebuah kata mutiara yang bunyinya :
“Saat Anda dilahirkan, Anda menangis dan dunia bersorak gembira. Jalani hidup Anda dengan penuh makna (Ilmu yang bermanfaat) sehingga saat Anda meninggal dunia akan menangis dan anda yang bersorak gembira”
4. Menguatkan saya akan semangat berbakti kepada orang tua. Dulu sewaktu kecil doa dari orang tua yang sering saya dengar salah satunya adalah “Semoga nanti engkau menjadi anak yang tresno marang wong tuo” (berbakti pada orang tua). Jika dulu orang tua telah memperjuangkan kehidupan anak dari kecil hingga dewasa dan berkeluarga, maka sudah sewajarnya jika sang anak juga memperjuangkan orang tuanya, layaknya dia memperjuangkan anak dan istrinya ketika sudah berkeluarga. Jadi tak menjadi masalah jika besarnya bara perjuangan dalam memperjuangkan kehidupan orang tua sama dengan besarnya bara perjuangan dalam memperjuangkan kehidupan istri dan anak ketika telah berkeluarga. “Siapa yang menabur, dia akan menuai”.
Dan kini saya telah kembali pada rutinitas sehari – hari. Impian besar telah ditulis, rencana besar juga telah di persiapkan. Semoga tahun 2010 ini menjadi tahun kebangkitan menuju kehidupan yang lebih baik. Gemah Ripah Loh Jinawi.
Salam Penuh Berkah. 16 January 2010.
Toha Zakaria