Melanjutkan tulisan sebelumnya, tentang sebuah workshop yang luar biasa dahsyat (bagi saya). SeDahsyat namanya. Workshop EDAN. Meski proses yang membawa saya sampai mengikuti workshop EDAN seperti hanya kebetulan, namun manfaat yang saya peroleh dari wokshop EDAN sungguh luar biasa dahsyat. Percaya diri, tidak grogi atau gugup ketika berbicara di depan orang banyak. Itulah garis besar yang ingin di dapat peserta dalam mengikuti workshop EDAN.
Sebelum berangkat workshop saya sudah mempersiapkan diri saya untuk tidak banyak mikir atau menganalisa dalam mengikutinya. Dari rumah saya sudah mempersiapkan mental seperti saat pertama masuk sekolah SMP. Lugu, tak banyak protes atau menganalisa, mengikuti apa adanya dari awal sampai akhir. Dan benar saja, workshop ini lebih memainkan perasaan daripada berpikir. Diawal – awal acara saya melihat beberapa peserta mencatat materi yang disampaikan pembicara. Dalam hati saya pun tersenyum sendiri melihat apa yang mereka lakukan. Dan benar saja prediksi saya, beberapa saat kemudian ada peringatan dari pembicara untuk tidak melakukan catat – mencatat.
Manusia adalah makhluk perasaan. Artinya semua respon yang diterima adalah hasil dari input panca indera. Mari sedikit berimjinasi. Cobalah bayangkan diri anda tengah presentasi di sebuah ruangan didepan presiden SBY dan 10 orang menterinya. Amati perasaan yang muncul. Apakah muncul grogi, was – was, tidak PD ?. kalau muncul coba sekarang diubah. Anda tengah presentasi disebuah ruangan di depan patung presiden SBY dan patung 10 menteri. Bisa saya pastikan grogi, was – was, tidak PD, tidak muncul sama sekali. Sekarang diubah lagi. Anda tengah presentasi disebuah ruangan di depan presiden SBY dan 10 orang menteri namun mata dan telinga mereka ditutup sehingga mereka tidak melihat dan mendengar apa yang anda sampaikan. Apakah masih grogi? Bisa dipastikan grogi, was – was, kurang PD, tidak muncul sama sekali. Atau kalaupun masih ada intensitasnya turun jauh. Dan yang terakhir Anda tengah presentasi disebuah ruangan di depan presiden SBY dan 10 orang menteri namun telinganya dipasangi headset dan mereka mendengarkan rekaman pidato Obama. Bagaimana rasanya?. grogi, was – was, tidak PD, masih muncul? Silahkan bayangkan dengan sedetail- detailnya.
Dalam berbicara di depan umum jika dilihat dari apa yang akan kita sampaikan, rasa grogi, kurang PD berbicara di depan orang banyak dikarenakan kita tidak menguasai apa yang akan kita sampaikan. Tidak menguasai materi dengan baik. Jadi salah satu hal mendasar untuk menghilangkan rasa grogi, was, tidak PD, adalah dengan menguasai apa yang akan disampaikan dengan sebaik – baiknya. Itu salah satunya.
Mengutip apa yang pernah pak Ikhwan Sopa sampaikan, “Semua materi kita dua hari ini adalah segala hal yang kita sebenarnya sudah tahu dan sudah paham, tapi mungkin belum mendarah daging. untuk mendapat hasil yang maksimal, kurangi berpikir, lakukan dan rasakan, itu saja”. Jadi workshop EDAN yang saya ikuti kemarin bukanlah sebuah workshop yang menekankan berpikir. Bukanlah workshop untuk mendapatkan ilmu – ilmu baru. Atau bisa dibilang workshop EDAN adalah workshop perasaan. Karena selama workshop kita dituntut untuk tidak terlalu banyak mikir atau menganalisa. Rasakan saja dan tidak usah terlalu banyak mikir. Dan memang secara materi apa yang disampaikan adalah hal yang biasa. Materi – materi yang bisa jadi kita sudah “ngelotok”.
Bagi yang ingin mengikuti workshop EDAN (dan mungkin bagi yang sudah mengikuti), mungkin apa yang pernah disampaikan pak ikhwan Sopa berikut perlu ketahui : “setiap awal pelaksanaan, peserta mesti digiring untuk tidak banyak mikir, karena ini bukan tentang berpikir. pikiran mestinya sekadar mengikuti perasaan, kalo mau dicerna dengan pikiran total, waktunya mungkin perlu seminggu. Di akhir training selalu saya tekankan untuk hanya membawa perasaan yang dihasilkan saja, tidak perlu gali lagi, intinya, perasaan itu mengatakan ‘saya sudah bebas masalah’”.
Siapapun anda, sangat saya rekomendasikan untuk mengikuti Workshop EDAN . investasikan uang dan diri anda untuk “leher ke atas”.
Sebagai penutup saya tulis kembali jargon yang saya dapat dari pak Ikhwan Sopa, yang saya temukan saat pertama “mengenal” Beliau.
“Saya Ingin Anda Sukses, Saya Harus Membuat Anda Sukses. (Ini niat Saya)”
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria
