Seakan sudah menjadi budaya yang mengakar dimana kebanyakan orang lebih “terang” mengingat kegagalan daripada keberhasilan. Tentu ini merupakan akumulasi dari sebuah kebiasaan (budaya hidup) dari masa pengasuhan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, yang memang sangat minim untuk mengakui atau lebih tepatnya mengapresiasi keberhasilan dan cenderung lebih lantang ketika kegagalan muncul. Sebagai misal ketika masih kecil orang tua kita membiarkan kita ketika kita bertindak dan bersikap patuh, tanpa ada ekspresi penghargaan apapun, datar – datar saja. Namun giliran kita membuat kesalahan atau keributan kecil, mereka langsung ngomel panjang lebar atau bahkan menghukum kita. Misalkan lagi ketika di sekolah, orang tua kita hanya datar – datar saja atau mungkin hanya berkomentar “anakku pinterr” ketika kita mendapat nilai bagus, namun ketika kita mendapatkan niai merah langsung diceramahi panjang lebar. Intinya hampir lebih banyak intensitas emosional disekitar kesalahan dibandingkan dengan keberhasilan. Padahal otak lebih mudah mengingat hal – hal yang diiringi emosi kuat, yang akhirnya lebih mudah mengingat jumlah kegagalan daripada menghargai jumlah keberhasilan.
Jadi ketika kita menengok kebelakang cenderung lebih mudah mengingat runtutnya kegagalan dibanding keberhasilan. Sebenarnya kita lebih punya jauh lebih banyak keberhasilan dibanding kegagalan, hanya saja kita terlalu tinggi mematok batasan kesuksesan sehingga ketika melihat kebelakang begitu sulit menghargai keberhasilan yang pernah kita raih. Padahal penelitian telah berulang kali memperlihatkan bahwa semakin besar pengakuan kita terhadap kesuksesan masa lalu kita, semakin yakin kita dalam meraih kesuksesan baru.
Saya sendiri pun awalnya begitu mudah untuk menuliskan 30 atau lebih kesuksesan, namun menjadi sulit ketika harus menuliskannya hingga pada jumlah 100. Namun setelah saya menyertakan hal – hal sederhana yang kurang begitu saya hargai dan perhatikan yang padahal itu adalah juga bagian dari sebuah keberhasilan di masa lalu, ternyata menuliskan 100 keberhasilan yang pernah kita raih adalah hal yang bisa kita lalukan. Kuncinya adalah menghargai setiap detail keberhasilan yang kita raih. Dalam contoh saya tersebut hal – hal sederhana yang juga saya tuliskan seperti berhasil naik sepeda, punya penghasilan pertama di masa SD dari menjual barang rongsokan, mentraktir nasi bungkus anak kecil penjual cobek di jababeka, naik sepedah 18 Km cikarang – Bekasi barat untuk liqo, menabung di bambu hingga penuh, bisa renang di sungai yang lagi banjir, Pengalaman pertama khutbah jum’at di sekolah, dan lain – lain, dan masih banyak lagi.
Dan yang bikin wow adalah ketika daftar tersebut sudah kita buat dan kita baca ulang dilain kesempatan, ternyata catatan – catatan keberhasilan tersebut mampu sebagi pendongkrak semangat diri. Jadi ketika sudah berhasil menulisakan catatan 100 kemenangan hendaknya seiring berjalannya waktu itu terus dilakukan disetiap kita mendapatkan keberhasilan, meski kecil sekalipun.
Catat 100 Keberhasilan Anda, Sekarang!!.
Semoga Bermanfaat.
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria.