Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya Rumah Inspirasi Toha Zakaria

November 23, 2009

NASI TIWUL BU GANDOS

Filed under: Berita — TOHA @ 7:08 pm

Toha Pacitan

Toha Pacitan

Update : tulisan ini juga di muat di DetikFood.com
Pulang kampung selalu menjadi primadona bagi para perantau. Termasuk saya. Salah satu yang membuat saya rindu pulang kampung ke Pacitan adalah makanannya. Yang kebanyakan sulit didapati di perantauan. ‘Mudik Kuliner’ terakhir sungguh membuat lidah ini rindu untuk pulang kampung lagi. Siang itu sekitar jm 10 pagi teman saya SMA mengajak untuk muter – muter kota pacitan tercinta. Mencoba mendatangi teman lama SMA yang lama tak jumpa namun tak menunjukkan hasil. Akhirnya temanku mengajak untuk mencari warung makan. Sayapun mendukung penuh semangat ide teman saya tersebut karena saya baru ingat ternyata dari pagi saya belum makan. Pencarian warung membuat perut ini semakin keroncongan. Saya pun hanya manut mengikuti teman saya mau dibawa warung mana saja pokoknya ngikut.

Akhirnya kami berdua tiba di sebuah warung yang berada di atas bukit pantai teleng ria pacitan. Warung ini bernama warung tiwul Bu gandos. Setelah memarkir mobil di pinggir jalan karena memang tidak ada tempat khusus parkir, kami berdua memasuki warung bu gandos yang ternyata sudah dipenuhi pengunjung. Konsep warung lesehan yang di hiasi pemandangan langsung pantai teleng ria dengan angin pantai yang semilir sungguh menjadi nilai tambah tersendiri bagi warung ini. Seperti umumnya sebuah warung makan, alur yang harus dilewati seorang pelanggan adalah >> Cari tempat duduk >> pesan >> menikmati >> bayar. Dan memang proses itulah yang saya jumpai di warung ini. Namun teman saya mengajak dengan cara lain. Dikarenakan lagi ramai pengunjung teman saya mengajak untuk mengambil sendiri ke dapur warung. Jadi akhirnya alurnya berubah menjadi >> Mengambil makanan >> cari tempat duduk >> menikmati >> bayar. Beda kan dengan alur pertama yang sudah umum. Ternyata teman saya sudah sering datang ke warung ini, yang akhirnya sudah hapal dengan seluk – beluk warung ini.

Sayapun memulai mengambil tiwul yang terlihat mringin kemebul dan sedikit saya tambahi nasi putih sebagai pelengkap. Dan ketika pindah ke meja menu berikutnya pemandangan urap kenikir (Cosmos caudatus Kunth) campur kacang panjang kesukaan saya tersaji seperti melambai – lambai ketemu dengan fans beratnya. Nasi tiwul yang sudah ditemani urap kenikir selanjutnya di guyur dengan jangan (sayur) kalakan. Lebih tepatnya jangan kalakan hiu (kelong). Tak banyak kuah yang saya ambil hanya sekedar membuat nasi tiwul sedikit nyemek – nyemek yang kemudian di lengkapi beberapa potong ikan kalakan. Apa itu sayur kalakan? Kalakan merupakan salah satu makanan khas kabupaten pacitan. Terbuat dari daging ikan kelong (hiu) muda yang di potong – potong kurang lebih sebesar jempol (jempolnya siapa nih?). Kemudian setengah dibakar atau diasapi sampai sedikit sangit dengan tampilan layaknya sate. Setelah diasapai barulah kemudian kalakan hiu di sayur dengan kuah santan puedes. Saya merasa yang saya ambil sudah cukup namun pandangan saya terhenti pada udang goreng besar – besar yang terlihat menggiurkan. Saya pun tak tega tak mengikutsertakan udang goreng dalam petualangan kali ini. Sebagai penutup sambal mentah berada di samping udang goreng. Memulai suapan pertama menggunakan sendok. Suapan pertama sungguh menggetarkan lidah. Paduan tiwul, kenikir, kalakan, dan sambel, membuat lidah bergoyang lebih aduhai. puedes krenyes – krenyes kenikir mendominasi. Rasa yang dahsyat membuat saya terpaksa meninggalkan sendok beralih tangan menjadi sendok langsung. Saya yang doyan pedes sangat kagum dengan tonjokan sambel mentahnya. Daging kalakannya gurih. Tak butuh waktu lama untuk menghabiskan menu yang ternyata sangat nyetel dengan lidah saya. Berkali – kali saya bilang ke teman saya sungguh nikmat makan siang kali ini, sangat sulit mendapati menu seperti ini di perantauan, uenake puol!. Saya lihat teman saya belum selesai menghabiskan jatahnya. Saya pun membantunya menghabiskan krupuk yang ada di sampingnya. Sebagai penutup es kelapa perawan menetralkan rasa pedas di lidah. Pemandangan pantai dengan angin yang semilir menambah nikmat makan siang kali ini.

Setelah semua selesai kami berdua pun menuju kasir. Dan betapa terkejutnya ketika mengetahui rupiah yang harus kami bayar untuk makan siang kali ini. Total habis Rp. 20.000. betul, Dua puluh ribu rupiah. Menu yang pilih temanku sama dengan apa yang saya ambil, artinya per orang hanya menghabiskan Rp. 10.000. murah banget bukan. Kalo dijabarkan, Tiwul + Urap Kenikir + kalakan + udang goreng + sambel + krupuk + Es kelapa perawan = Rp. 10.000. Dalam perjalanan menuju mobil saya masih geleng – geleng kepala seakan tak percaya akan harga murah yang barusan saya bayar untuk sebuah hidangan yang menurut saya uenake puoll!. Lain kali kalau pulang kampung pasti saya akan kembali lagi kesini untuk menikmati nasi tiwul bu gandos dengan kalakan hiunya.

Warung tiwul Bu Gandos
Jalan Raya Pacitan Solo KM 5, PACITAN (Barat Pantai Teleng Ria).

Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria

2 Comments »

  1. Marahi luwe ae Ha….
    kelingan jaman SMA mangan gratis nang kono,, soale anake seng due warung koncoku….hehehe
    pacitan jaya…!!!

    Comment by Joni — December 21, 2009 @ 8:49 pm

  2. Sering2 muleh yo. Bernostalgia.

    Comment by TOHA — December 21, 2009 @ 9:02 pm

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment

Powered by WordPress