Foto di atas adalah foto sepeda saya yang saya parkir di sebuah pusat perbelanjaan Bekasi. Akhir – akhir ini sepedaku tak begitu bersahabat. Jok busa sadelnya rusak (terlepas) sehingga hanya tertinggal tulangnya saja. Hal itu membuat pantat saya sakit. Mungkin minggu depan perlu di bawa ke bengkel. Bagiku Sepeda tersebut seperti teman dekat. Berangkat kerja ku bawa, pulang kerja ku bawa, kerumah paman/bibi kubawa, ke tempat “cari ilmu” juga kubawa. Seandainya dia mampu mengerti self talk (ngomong ama diri sendiri) yang saya lakukan setiap hari, tentu dia sudah tahu banyak tentang diri saya. Seandainya jarak yang kutempuh selama bersepada digabung, mungkin sudah cukup untuk mengelilingi bumi… he.he.. he
Jalan yang sering saya telusuri salah satunya adalah Jalan yang ada di pinggiran kalimalang, mulai dari kawasan industri jababeka Cikarang sampai daerah Metropolitan Mall Bekasi (tol barat). Seberapa jauh Jababeka menuju MM bekasi? Wah kebetulan sepeda saya tidak tersedia Spedometer. Bagi yang tinggal di jakarta dan sekitarnya, kemungkinan besar tahu seberapa jauh jarak kedua tempat tersebut. Atau bagi yang sering melewati Tol Jakarta-Cikampek tentu tahu berapa jarak Tol Cikarang sampe tol barat bekasi. Tol cikarang sejajar Jababeka, sedangkan tol barat dekat dengan MM bekasi. Menelusuri jalan tersebut seakan menlusuri peta kehidupan yang komplek. Mulai dari kawasan industri, jalan tol, perumahan, pertokoan, hingga tempat “remang – remang”. Kesemuanya itu mencerminkan peta kehidupan yang berbeda – beda bagi setiap insan yang terlibat di dalamnya. Setiap peta kehiupan yang ada sepanjang jalan tersebut merupakan sumber diskusi dalam menemani perjalanan saya menuju tempat tujuan.
Kebetulan Pagi ini Hujan turun dengan sangat deras. Sampai – sampai jarak pandang mata sangat terbatas. Hujan yang begitu lebat di tambah angin yang tak bersahabat membuat perjalanan ke tempat kerja semakin berat. Pagi ini saya melawan hujan, angin, dan juga diri sendiri. Dari ketiga hal tersebut hanya diri sendirilah yang bisa saya pengaruhi. Kecil kemungkinan saya bisa mengontrol Hujan dan angin. Di pertigaan kawasan Jababeka, saya sempat ngomong ke diri sendiri begini “wah enak ya yang pergi ke kantor pake mobil”. Pernyataan tersebut bisa memicu sifat megeluh.Perkataan saya yang demikian ternyata malah membuat bagian lain dari diri saya tersenyum geli. Lah.. kenapa malah tersenyum? Ternyata setelah saya telaah, diri saya yang dominan sudah sangat bisa menikmati senikmat – nikmatnya perjalanan ke tempat kerja dengan bersepeda melawan angin dan hujan yang sangat lebat. Bagian yang mencoba mengusik dengan pernyataan “wah enakya yang pergi ke kantor pake mobil” ternyata hanyalah bagian kecil yang sudah tidak dominan di waktu pagi ini.
Karena mungkin sudah terbiasa, nyetir sepeda (dan memiliki sepeda) seperti sebuah ketidaksadaran. Dan ketika sadar akan ketidaksadaran tersebut, saya pun bertanya apakah mereka yang sudah terbiasa nyetir mobil (dan memiliki mobil) juga mengalami sebuah ketidaksadaran saking terbiasanya?. Apakah ketidaksadaran saya nyetir sepeda (dan memiliki sepeda) dengan ketidak sadaran orang lain nyetir mobil (dan memiliki mobil) sesungguhnya memiliki rasa yang sama?. Ah mungkin itu hanya perasaan saya saja yang mengada – ada, Masa punya mobil dengan punya sepeda rasanya sama. Jika memang rasanya sama, berarti saya harus menikmati senikmat – nikmatnya sepeda yang saya punyai. Karena toh jika suatu saat saya punya mobil atau pesawat terbang mungkin, dan sudah terbiasa dengan mobil atau pesawat tersebut, bisa jadi saya akan kembali ke dalam ketidaksadaran akan mobil dan pesawat yang sudah biasa saya naiki tersebut. Mungkin jika sudah waktunya sepeda saya kan berubah jadi sepeda yang berMotor, atau berubah lagi jadi sepeda yang berMobil (atau sepeda rasa mobil? .. hee..hee), dan berubah lagi jadi sepeda yang Berterbang (atau pesawat terbang?).
Jika sudah Tiba Waktunya.
Salam penuh Berkah
Toha Zakaria–
Assalamu ‘alaikum…
Salut buat mas Toha……..
dari sma dulu sekarang dah ngantor gak bosen2 ma sepeda….
salut.. salut.. salut…
Comment by ardis — February 16, 2009 @ 4:44 pm
haha jadi kangen sama Jababeka dan naik sepedamu ha … suwerr kangen banget sama cikarang dan teriakan2 yang selalu didengar diruangan kecil penuh makna haha ….
Comment by misbah — February 18, 2009 @ 3:29 am
Kami perusahaan Food Suplemen, metaumuhkbn gudang untuk kami sewa dengan Luas gudang +/- 500m2 di Kawasan JABABEKA Cikarang, mohon informasi lebih lanjut ke email (PM)SalamHendri
Comment by Asif — January 14, 2014 @ 1:53 am
“teriakan2 yang selalu didengar diruangan kecil penuh makna”. wah pak, kalimat tersebut dalem banget dan penuh makna. makna ketidaknyamanan, makna berontak. makna inginya sebuah perubahan, :-S
Comment by TOHA — February 18, 2009 @ 1:00 pm
Ha, sepedamu jgn dijual ya, bs tuk cerita anak cucu, btw, kok kayaknya apikan sepeda yg dipake di sma dl ya, gaya sporty gitu, masih setia juga to liqonya? salam hangat, TETAP SEMANGAT
Comment by abinya hilmi — February 18, 2009 @ 4:21 pm
Ardis@.
kang mardi kalo di jakarta banyak jalan kakinya ya.. lebih hebat donk 🙂
abinya hilmi@.
wah pak erwin. sepedaku yang sekarang jelas kalah dengan yang waktu SMA pak. waktu SMA sepeda balap bisa oper gigi, lah yang sekarang cuma sepeda butut pak… 🙂 . alhamdulillah masih setia pak. Salam kangen dari kejahuan pak.
Comment by TOHA — February 18, 2009 @ 4:32 pm
lakukan saja apa yang kamu suka ha, toh ga semua perubahan itu baik.
sapa tau tahun 2010 kamu bisa naik sepeda di atas range rover.heeee, AMIIIIN.
Comment by Nissa — March 24, 2009 @ 1:24 pm