“Memaafkan bukan berati melupakan, memaafkan bukan berati menyetujui. Memaafkan adalah urusan terbesar kita dengan diri kita sendiri”
2 April 2013, Hari selasa pagi jam di Hp sudah menunjukkan pukul 6 lebih 15. Saya pun mempercepat langkah di gang menuju jalan besar. Sejenak membelokkan langkah ke ibu penjual nasi pecel untuk beli sarapan. Karena waktu semakin mepet saya minta nasi pecel dibungkus saja. 5 ribu perak untuk sebungkus nasi pecel lengkap dengan 2 buah tahu goreng. Setelah menunggu kurang lebih 15 menit di pinggir jalan, akhirnya yang ditunggu datang juga. Bus Mayasari 122 warna biru jurusan Senen (cikarang-senen). Meskipun jalan mulus namun tak menjamin perjalanan mulus, begitu juga dengan perjalanan pagi ini. Menjelang masuk tol cibitung macet panjang menjadi hiasan perjalan pagi ini. Hampir setengah jam lebih untuk lolos dari hadangan macet. Sarapan nasi pecel pun menjadi teman macet yang nikmat. Macet kedua pun menghadang di tol cawang, namun kali ini tak separah macet yang pertama. Setelah melalui 2 jam lebih di dalam bus mayasari akhirnya sampai juga tujuan. Saya turun di depan gramedia matraman untuk kemudian naik bis PPD P213 jurusan grogol dan kemudian turun di depan kampus Atmajaya Sudirman.
Begitu memasuki kampus hati saya menjadi bergetar melihat banyak mahasiswa lalu lalang di dalam kampus. Seakan saya turut merasakan menjadi mahasiswa seperti mereka. Sebuah kewajaran yang tak kesampaian, merasakan kuliah, merasakan menjadi mahasiswa seperti mereka. Sosok ibu saya pun muncul (more…)