“orang yang saya cintai bisa meninggal sewaktu – waktu. Kalau saya sayang sama mereka, lebih baik berbakti ya Sekarang!”
Memasuki tahun ke delapan hidup di tanah rantau, melewati 8 kali lebaran yang selalu saya nikmati di kampung halaman Pacitan, baru tahun inilah saya merasakan lebaran di kampung halaman terlama, 3 minggu lebih. Semua itu bisa terwujud berkat keputusan besar awal tahun yang saya ambil, keputusan resign dari pekerjaan yang sudah banyak memberikan segalanya untuk saya. Dulu sewaktu masih jadi karyawan pabrik, biasanya tidak sampai seminggu saya berada di pacitan, lebaran hari ke-4 sudah berangkat balik ke ibu kota. Apalagi diluar libur saat lebaran, paling lama mudik hanya 3 hari dirumah. Maklum status sebagai buruh pabrik mengharuskan saya mengikuti setiap aturan yang ada. Apalagi posisi saya yang nyaris “tak tergantikan” di bagian PPIC (plan production inventory control). Lebaran di kampung sambil memikirkan planing LG, memikirkan material, memikirkan produksi, dan lain – lain, dan lain – lain. Iyah, keputusan resign bulan february kemarin benar – benar membuat saya punya banyak waktu untuk menikmati mudik lebaran lebih lama bersama bapak di kampung halaman.
Semenjak ibu meninggal 9 tahun yang lalu, bapak hingga kini belum menikah lagi. Sudah berkali – kali saya berusaha mencarikan pendamping hidup untuk bapak, namun kandas. Masih teringat jelas bagaimana saya “nembung” bulek (adik ibu) saya untuk menikah dengan bapak. Waktu itu saya sangat gemeteran memulai pembicaraan (more…)