BUKU BERCERITA (11)
—–kurang dari 6 menit untuk selesai membacanya—-
“The Miracle of Mind Body Medicine” ~Adi W Gunawan
TIBA-TIBA LUMPUH TANPA SEBAB
.
Buku ini saya beli pada 30 September 2012 di Gramedia Graha Cijantung, Jakarta. Harga buku ini saat dibeli adalah Rp 165.000. Buku ini tidak saya beli dengan lembaran uang, namun dengan menukarkan voucher Gramedia (250 ribu) yang saya dapatkan dari lomba menulis yang diadakan Gramedia beberapa bulan sebelumnya.
Gambaran besar tentang buku ini membahas perihal pikiran, emosi, stres, dan dampaknya terhadap tubuh. Jika diwakilkan dengan kalimat yang lebih singkat buku ini tentang PENYAKIT PSIKOSOMATIS, sakit yang disebabkan oleh faktor psikis. Di awal-awal buku ini juga tertulis kutipan dari The American College of Family Physicians yang memperkirakan bahwa 90% penyakit disebabkan oleh faktor psikis, bukan organis.
Di salah satu halaman buku ini, Pak Adi juga mengutip hasil penelitian Dr. Candace Pert, yang diawal penelitiannya berasumsi bahwa emosi hanya terjadi di otak atau kepala. Namun akhirnya, dari temuan penelitiannya ia tahu bahwa EMOSI SEBENARNYA ADA DI TUBUH FISIK.
Seperti yang pernah Pak Adi jelaskan, biasanya jika ada pasien konsultasi maka akan ditanya terlebih dahulu, sudah ke Dokter belum? peran medis didahulukan, jika kemudian sakit tidak kunjung sembuh atau tidak ditemukan masalah, baru kemudian dicoba melalui hipnoterapi. Jadi biasanya alurnya demikian : Sakit => berobat medis => tidak kunjung sembuh => Hipnoterapi.
Dalam buku ini banyak contoh kasus Penyakit psikosomatis yang berhasil sembuh melalui hipnoterapi, contoh kasus ke-11 yang akan saya ceritakan dibawah ini.
………………………….
TIBA – TIBA LUMPUH TANPA SEBAB
Salah seorang sahabat Pak Adi W Gunawan, namanya Dimas, menghubungi Pak Adi untuk menerapi saudaranya yang tiba- tiba lumpuh tanpa sebab. Namanya Pak Bambang. Dimas menjelaskan bahwa sudah 5 hari Pak Bambang lumpuh dan sama sekali tidak bisa bergerak. Hasil penelitian medis tidak ada masalah dengan tubuh Pak Bambang, semuanya baik- baik saja. Dokter belum menemukan penyebab kelumpuhan Pak Bambang. Dari sebab itulah beberapa anggota keluarga berpikir terlalu jauh, jangan- jangan Pak Bambang kena santet atau magic.
Pak Adi dijemput dan diantar oleh Dimas ke Rumah Sakit. Nampak banyak saudara yang menunggu di kamar perawatan. Pak Bambang terbaring lemah diatas ranjang. Putrinya menangis dengan raut sedih berada di samping Pak Bambang.
Usia Pak Bambang sekitar 53 tahun, dari keterangan yang disampaikan istrinya didapati informasi bahwa selama ini Pak Bambang tidak pernah mengalami sakit yang serius seperti sekarang. Ia sangat menjaga kesehatan, tidak merokok, rutin olahraga, makan makanan sehat, tidak minum alkohol, dan sebagainya.
Ketika Pak Adi menyalami Pak Bambang sembari menanyakan kabar, ia menjawab lirih dan mengangguk lemah. Keberadaan banyak orang dalam ruang perawatan tentu bukan kondisi ideal untuk melakukan terapi. Pak Adi pun meminta sanak saudara keluar, dan tinggal menyisakan 4 orang dalam ruangan. Pak Bambang, Dimas, Istri Pak Bambang, dan Pak Adi tentunya.
Terapi pun dimulai.
Waking hipnosis dilakukan untuk menggali data kejadian sebelum Pak Bambang lumpuh. Dari jawaban-jawaban yang diberikan Pak Bambang tidak ada peristiwa aneh yang dialami sebelum terjadi kelumpuhan. Penggalian data pun terus dilakukan. Dan ketemulah titik terang akar masalah kelumpuhan Pak Bambang.
Malam hari sebelum terjadi kelumpuhan, menjelang tidur Pak Bambang membaca sebuah buku. Tentu tidak ada yang aneh dengan kegiatan yang dilakukan Pak Bambang ini, tidak ada masalah. Kemudian menjadi masalah karena buku yang dibaca Pak Bambang menceritakan kejadian negatif dan dilakukan saat menjelang tidur. Dalam buku yang dibaca Pak Bambang menjelang tidur, diceritakan seorang tokoh yang profil kehidupannya mirip dengan Pak Bambang. Dalam alur ceritanya, tokoh ini mengalami kecelakaan mobil, lumpuh tidak bisa jalan karena kaki patah. Pak Bambang larut dalam cerita dan merasa kasihan dengan tokoh dalam cerita buku ini.
Usai membaca buku Pak Bambang langsung tidur. Saat bangun tidur Pak Bambang merasa ada yang tidak beres, tubuh terasa tidak enak. Pak Bambang masih bisa melakukan rutinitas seperti biasa, namun saat siang menjelang tiba- tiba tubuh Pak Bambang lemas disertai kelumpuhan hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit.
Ketika ditanya apakah ingat tadi malam Pak Bambang mimpi apa? Pak Bambang tidak bisa mengingat mimpi apa saat tidur tadi malam.
Ada hasil penelitian yang disampaikan Pak Adi di buku ini terkait kasus yang dialami Pak Bambang.
“Dari hasil penelitian diketahui bahwa apapun yang kita baca, dengar, lihat, rasa, atau pikirkan 30 menit sebelum tidur akan diproses di fase mimpi kedua yaitu precognitive dream dan akan masuk ke pikiran bawah sadar”
Pikiran bawah sadar 9 kali lebih kuat dibanding pikiran sadar. Dari penjelasan tersebut itulah sebabnya mengapa menjelang tidur kita sebaiknya tidak membaca bacaan negatif, nonton berita kriminal, film horor, dan sebagainya. Karena saat tidur akan masuk mengendap ke pikiran bawah sadar, dan menjadi program negatif yang akan mempengaruhi kualitas hidup. Jadi kalau masih ada emosi intens (marah, sedih, kesal, dll), misal usai bertengkar dengan pasangan, maka sebaiknya jangan langsung tidur.
Terapi pun berlanjut..
Pak Adi membimbing Pak Bambang masuk ke kondisi relaksasi yang sangat dalam. Dengan menggunakan teknik deep state recovery, berhasil ditemukan data dari pikiran bawah sadar mengenai mimpi dan susunan pikiran yang dialami Pak Bambang saat tidur. Menggunakan teknik deep state retrieval data tersebut diangkat ke level pikiran sadar agar bisa diakses, diingat, dimengerti, dan diceritakan.
Mimpi yang dialami Pak Bambang sama persis dengan jalan cerita tokoh di buku yang ia baca sebelum tidur. Pak Bambang mimpi kecelakaan ditabrak mobil. Kaki patah dan tidak bisa jalan. Jadi usai membaca buku dengan penghayatan kasihan terhadap sosok tokoh yang ada di cerita, yang kebetulan profil kehidupannya mirip dengan Pak Bambang, pikiran bawah sadar melakukan telaah, penyamaan, dan kesimpulan data dengan tokoh yang ada di cerita. Yang akhirnya mimpi yang dialami Pak Bambang bekerja seperti sugesti pascahipnosis yang sangat kuat.
Untuk menetralkan efek mimpi tersebut, Pak Adi membimbing Pak Bambang dengan menggunakan kesadarannya untuk melihat kembali proses tidur dari awal hinggal bangun, termasuk proses mimpi yang kemudian membuatnya lumpuh. Ditengah proses tersebut, Pak Adi memberikan edukasi, arahan, dan nasihat kepada pikiran bawah sadar Pak Bambang. Penekanannya apa yang dialami Pak Bambang hanyalah mimpi, dan mimpi bukanlah kenyataan. Ketika tidur dan bermimpi seolah nyata sebagai realitas, namun realita sebenarnya adalah setelah bangun dalam kondisi sadar normal.
Tidak berhenti sampai disini.
Tahap akhir Pak Adi melakukan edukasi dengan merekontruksi pikiran bawah sadar yang menyimpan memori mimpi dan kemudian memutus data penyamaan identitas antara Pak Bambang dan tokoh dalam cerita.
Kemudian Pak Bambang diminta merasakan dengan semua indranya untuk membayangkan menggerakkan tangan dan kaki, bangkit dan turun dari ranjang, kemudian jalan keluar ruangan menikmati suasana diluar. Pak Bambang merasa sangat nyaman melakukan perintah Pak Adi ini.
Di penghujung terapi Pak Adi memberikan sugesti untuk kesehatan, kedamaian, ketenangan, kebahagiaan, dan sugesti positif lainnya.
Untuk mengakhiri sesi terapi Pak Bambang dibimbing keluar dari kondisi trance. Wajah cerah dan senyum lebar hadir usai mata terbuka. Kalau tadi di sesi terapi Pak Bambang diminta membayangkan, kali ini Pak Adi meminta Pak Bambang untuk benar – benar melakukannya. Bangkit dari tidur kemudian duduk di ranjang, lanjut turun dari ranjang dan berjalan. Pak Bambang bisa melakukannya dengan mudah.
Melihat bisa bangun dari ranjang dan berjalan, istri Pak Bambang menangis dan langsung memeluk suaminya. Keharuan berlanjut, istri Pak Bambang berteriak memanggil semua saudara yang menunggu diluar kamar. Tentu semua kaget melihat apa yang terjadi. Mereka pasti menerka-nerka, Pak Adi ini pasti orang sakti, semacam orang pintar..hahaha
SELESAI
Jejak jualan => buku www. Sekalibilas.com