Hari jum’at tanggal 6 desember menjadi salah satu hari yang bersejarah untuk saya. Sebuah hari jum’at yang benar – benar keramat dalam sejarah kehidupan bahagia saya. Iya, pada hari ini akhirnya sebuah hal yang sudah saya perjuangkan selama 4 tahun lebih akhirnya benar – benar terwujud. Mempunyai teman hidup tentu menjadi sebuah hal yang menggembirakan setelah sebelumnya terhimpit kesendirian. Masak, mencuci, bikin kopi, tidur, tak lagi dijalani sendiri. Iya, di hari ini pernikahan itu terjadi dengan izin Allah. Ijab kabul berkumandang di sebuah surau kecil sekitar jam 2 siang. Bukan saya yang menikah, bukan saya yang mendapatkan jodoh, tapi Bapak saya. 9 tahun setelah meninggalnya mamak akhirnya bapak menemukan jodohnya. Siapa jodoh bapak? Tak lain dan tak bukan adalah Bulek (ibu cilik) saya sendiri, alias adik kandung mamak saya.
Sudah sejak 2009 saya berjuang meyakinkan bulek agar mau menikah dengan bapak. Ceritanya yang mengharukan sekaligus mendebarkan pun pernah saya tulis DiSini. Dari tahun 2009 hingga lebaran tahun ini tak henti – hentinya saya meyakinkan bulek dan ibunya (simbah), namun perjuangan itu selalu kandas. Saya seperti berjuang sendiri karena kebetulan dua kakak saya tak begitu ngeh (gak kepikirian) untuk memperjuangkan jodoh untuk Bapak. Hingga akhirnya lebaran kemarin pun saya menyerah meyakinkan bulek saya. Saya berpikir, berati bulek memang tak mau menikah dengan bapak saya, berati bulek seumur hidupnya tidak akan pernah mau menikah (single). Di sisi lain padahal bapak gak mau menikah lagi jika dengan orang lain. Dengan alasan karena bapak ingin menyambung lagi tali persaudaraan dengan keluarga besar mamak. Akhirnya keputusan besar saya ambil pertengahan oktober kemarin, meninggalkan tanah rantau untuk balik ke kampung halaman demi bapak yang telah gagal saya jodohkan dengan bulek saya. Cerita keputusan besar di bulan oktober sudah saya tuliskan DiSini.
Iya, akhirnya pertengahan oktober saya pulang kampung meninggalkan ibu kota yang sudah saya geluti selama hampir 8 tahun. Semua demi orang tua, karena saya yakin, demi orang tua sama dengan demi masa depan. Dan sebuah keajaiban pun terjadi.. jreng… jreng. 3 minggu berada di kampung halaman tiba – tiba bulek saya secara mengejutkan menyatakan kesediaannya untuk menikah dengan bapak. Saya benar – benar dibuat shock-bahagia luar biasa mendengar kabar ini. Betapa tidak, setelah sebelumnya 4 tahun lebih saya berjuang meyakinkan bulek saya dengan tanpa hasil dan akhirnya saya menyerah (pasrah), malah akhirnya secara mengejutkan akhirnya bulek saya bertekuk lutut. Saya benar – benar gembira luar biasa mendapati kabar ini. Terlebih melihat pancaran bahagia di wajah bapak yang tak bisa di “jlentrehkan” dengan kata – kata. Saya seperti menemukan jodoh yang saya idam – idamkan, saya seperti mendapatkan jodoh yang saya tunggu – tunggu.
Setelah mendengar kabar terebut saya langsung bergerak cepat menghubungi saudara – saudara dekat untuk segera mewujudkan pernikahan Bapak dengan Bulek. Dan tak perlu menunggu lama – lama, tak sampai 1 bulan akhirnya hari ini tepat tanggal 6 desember bapak menikah dengan bulek di depan penghulu. Saya dan mas luqman tak kuasa menahan air mata bahagia yang berurai melampiaskan keharuan.
Akhirnya bulek mau menyempurnakan separuh Agamanya (menikah), dan Bapak kini tak lagi sendiri. Saya pun dengan terang menatap masa depan. Sewaktu – waktu ada kabar dari teman atau saudara untuk mengajak berpetualang, saya pun siap berangkat.
Akhirnya pengorbanan saya pulang kampung dijawab oleh Allah dengan hadiah super istimewa. Dan skenario kehidupan seorang Toha zakaria pun berubah lagi. Tugasnya menemukan teman hidup untuk bapaknya telah terlaksana. Dan kini dia menatap kedepan untuk menemukan jodoh untuk diri sendiri. Menemukan sumber kehidupan yang lebih besar.
Semoga Bermanfaat
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria