Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya Rumah Inspirasi Toha Zakaria

October 4, 2014

Catatan Hati Seorang Istri

Filed under: Curhat,Inspirasi Pribadi — Tags: , — TOHA @ 3:35 pm

…. Jakarta In My First Time With My Beloved Husband …..
Catatan hati seorang istri
Siang itu, kami bergegas dan berkemas menyongsong mobil travel yang akan membawa kami ke kota Yogyakarta, tepatnya Stasiun Lempuyangan tempat kami memesan tiket kereta ekonomi menuju kota Jakarta. Kota yang aku impikan sejak lama untuk Aku kunjungi. Tak kusangka Aku bisa ke Jakarta untuk pertama kalinya dengan seorang laki – laki manis bernama Toha Zakaria, Suamiku. Inilah pertama kali Aku ke Yoyakarta naik travel dengan orang yang belum lama Aku kenal untuk pergi ke stasiun dan berbulan madu ke Jakarta. Bulan madu yang kami niatkan untuk silaturahim ke rumah saudara – saudara Mas Toha di Jakarta. Dengan ongkos yang pas – pasan itupun hanya sebagai kado pemberian seorang teman di Jakarta yang juga mengharapkan kehadiran kami berdua. Travel Pacitan-Jogja seharga 50 ribu ditambah Kereta ekonomi PROGO Jogja-Jakarta seharga 50 ribu, 400 ribu sudah cukup untuk PP Pacitan-Jakarta. Subhanalloh…..Bayang – bayang masa lalu pun menguap seketika. Dulu setiap menuju Yogyakarta biasanya dengan tujuan utama Rumah Sakit atau klinik. Entah sudah berapa puluh kali aku menjadi pemandu bagi tetangga, teman, saudara, dan juga termasuk mamak untuk berobat di kota Jogja ini. Namun sekarang semua itu terasa tergantikan seketika oleh kenangan menuju jogja bersama seorang laki – laki tercinta, penuh sukacita untuk berwisata dengan rezeki yang tak terduga.

Jujur, hari itu saat perjalanan berangkat jika dipersentase rasa cintaku pada suamiku, barulah sekitar 30 atau 35 persen saja. Selebihnya adalah rasa hampa….. bingung… dan ambigu… antara peduli dan cinta. Maklum karena memang sebelumnya Aku sangat asing dengan sosok mas Toha, hanya bermodalkan keyakinan dari sebuah proses taarauf yang diperantarai oleh teman baikku. Ditambah proses taaruf menuju pernikahan hanya dalam hitungan minggu, dan juga usia pernikahan yang sekarang belum genap sebulan. Kata – kata dari mas Toha selalu ku ingat :

“Toh dulu waktu lahir ceprot kita tidak mengenal cinta bahkan tidak punya rasa mencintai. Artinya, Cinta itu bisa ditumbuhkan, cinta itu bisa diciptakan, dari awalnya tak ada menjadi ada.”

Berjalan bersamanya, naik travel, naik kereta api, ke masjid istiqlal, juga monas, naik sepeda onthel, naik busway, naik mikrolet, bahkan naik Bajaj (Inilah salah satu moment terindah yang kurasakan, merasakan pertama kali naik bajaj, ditemani kekasih, dibayari pula ongkosnya) membuatku jadi tahu dan merasakan betapa dalam dan besarnya cinta seorang Toha Zakaria untuk Elis Zanaresti. Entah ia tahu atau tidak, saat – saat berjalan dibelakangnya menyusuri jembatan penyebarangan, ditengah hiruk pikuk kendaraan kota jakarta di sore hari, Aku meneteskan air mata… Kuusap segera agar tak terlihat olehnya. Meski itu adalah air mata bahagia.

Saat kami terpisah dalam busway, saat itulah Aku merasakan debaran nyata dalam hatiku. Debaran yang ku artikan cinta pada suamiku. Namun aku belum menyatakannya. Rasanya, seluruh tubuh lemas dan bergetar saat tak bisa melihat wajahnya diantara para penumpang yang semakin berdesak – desakan, saat perjalanan pulang menuju stasiun senen.

Aku tahu mas Toha sangat lelah menanggung beban tas berkilo – kilo sejak dari rumah mas luqman (cikarang) menuju kemayoran, lanjut ke carrefour, kemudian ke monas dan istiqlal (tarawih), dan berakhir di stasiun senen. Aku tak tahu harus berbuat apa, roti oleh – oleh dari mbak Nyai tak membuatnya berselera untuk berbuka puasa. Rasanya ingin membelikan nasi, tapi Aku tak tahu dimana tempatnya. Hemmm, sungguh membuat hatiku ingin menangis… tapi lagi – lagi kutahan.

Elis Zanaresti

Elis Zanaresti

Hingga akhirnya, sampailah kami di komplek stasiun pasar senen untuk mengejar keberangkatan kereta pukul 22.30. Aku haus, aku lapar, tapi Aku tahu suamiku lebih haus dan lebih lapar dariku. Melewati gerobak es degan, sebenarnya Aku tak seberapa berselera, tapi aku pura – pura menginginkannya karena Aku tahu suamiku menyukain degan. Lalu mas Toha membeli 3 bungkus nasi di gerobak pinggir jalan, jatahku 1 bungkus dan mas Toha 2 bungkus, masing – masing untuk berbuka dan makan sahur. Aku hanya kebagian satu karena Aku memang sedang berhalangan untuk puasa. Jam di Hp menunjukkan pukul sepuluh malam kurang lima belas menit. Hmmm…lagi – lagi hatiku berdebar kencang saat melihatnya makan dengan lahap di tempat menunggu kereta tanpa kursi alias lesehan tanpa alas. Seketika laparku seperti terlupakan. Dan ketika kereta mulai berjalan kucoba untuk segera menghadirkan kantukku. Ya, dengan tidur di kereta aku jadi tak perlu melihat wajah suamiku yang kecapekan.

Sungguh sebuah perjalanan yang tak kan terlupakan. Terimakasih suamiku untuk semuanya. Dan lihatlah, cinta ini mulai tumbuh dengan subur.

Cerita nikah Elis Zanaresti-Toha Zakaria, bisa dibaca di sini => http://www.tohazakaria.com/cerita-nikah-toha-zakaria-elis-zanaresti//
Salam Penuh Berkah

4 Comments »

  1. awal nya aku penasaran membaca blog ini. Setelah ku baca aq ikut terharu jg. Perjalanan bulan madu yg sederhana. Kenali lah mas toha sepenuh nya. Dan mudah”n cepat dpt ank rizki dari allah. Mudah” rumah tangga sodara ku langgeng sampe akhir nafas ini. Amin

    Comment by nuni ikasari — October 9, 2014 @ 7:18 am

  2. Amin..amin Ya Allah. Terimakasih saudaraku. salam dari pacitan

    Comment by TOHA — October 9, 2014 @ 7:33 pm

  3. Mbak Eliiiiis…. **peluukk**
    Rahma ikutan berkaca-kaca nih mbacanya, tapi bahagia. Salam sayang buat Mbak Elis. 😀

    Comment by rahma — October 17, 2014 @ 4:29 pm

  4. Mbak Elis pun terharu, *Peluk balik*. salam dari mbak elis

    Comment by TOHA — October 18, 2014 @ 5:21 pm

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment

Powered by WordPress