“Saya terima nikahnya Elis Zanaresti binti Bapak Mukri dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar TUNAI”
Jum’at 13 Juni 2014 telah tiba, hari yang dinantikan akhirnya datang juga, hari yang bersejarah dalam hidupku. Pagi yang cerah ini turut membumikan syukur yang mendalam. Alhamdulillah penantian lamaku sebentar lagi akan terjawab, penantian akan sosok pendamping hidup penyempurna agama. Sudah lama aku menantikan sosok pendamping hidup yang akan menjadi teman perjuangan hingga akhir hayat. Berbagai macam lika – liku telah saya lalui dalam pencarian pendamping hidup ini. Bila menengok ke belakang dan memutar ulang semua cerita, rasanya saya seperti bermimpi hingga akhirnya saya bertemu mbak Elis Zanaresti, hmm..jadi senyum – senyum sendiri. Sekitar pukul 07.30 penjemput dari pihak mbak Elis telah datang. Saya bersama beberapa teman “batur manten” segera menuju Kantor KUA Arjosari yang berjarak sekitar 8 Km dari rumah. Memang, Ijab kabul kali ini tidak dilaksanakan dirumah dengan mengundang penghulu, kamilah yang datang ke KUA. Kali ini saya tidak naik sepedah, Alhamdulillah teman baik saya semasa SMA mengantarkan saya dengan mobil barunya. Inilah kali ketiga saya mengenakan jas. Yang pertama waktu pernikahan mas Luqman, dan yang kedua sewaktu wisuda di ITS Surabaya . Jas dan celana warna biru donker berpadu dengan sepatu dan peci warna hitam menambah gagah. Dan memang, fisik turut mempengaruhi psikis. Terlepas ada ketegangan menyambut pernikahan, namun penampilan saya yang rapi dan necis turut membuat rasa percaya diri dan rasa ‘kegagahan’ saya turut meningkat :). Dan memang betul penampilan akan turut mempengaruhi ‘self image’ pada diri kita. Oleh karenanya dalam keseharian jangan biarkan diri kita berpenampilan acak – adul karena itu akan turut membentuk citra diri yang kurang baik, apalagi kalau kita sering bertemu dengan banyak orang dalam keseharian kita.
Detik – detik yang dinantikan datang juga. Setelah melalui beberapa ritual pembuka, akhirnya sekitar pukul delapan lewat beberapa menit ijab kabul pun dilaksanakan. Sempat muncul demam panggung saat detik – detik menjelang bibir ini mengucap kalimat sakral. Seketika saya teringat ilmu yang saya dapatkan dari Pak Ikhwan Sopa. Alhamdulillah dengan lantang dan tanpa grogi sedikitpun bibir ini dengan lihai mengucap mantra sekali seumur hidup ini (amin).
“Saya terima nikahnya Elis Zanaresti binti Bapak Mukri dengan mas kawinnya yang tersebut dibayar TUNAI”
tSaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!
Suara syukur Alhamdulillah mengucur riuh renyah memantul disetiap sudut ruang masjid. Jadi mengingatkan pada sebuah lagu nasyid Brothers yang sering saya putar :
Selama ini
Kumencari – cari
Teman yang sejati
Buat menemani
Perjuangan suci
Bersyukur kini
Padamu Illahi
Teman yang dicari
Selama ini
Telah kutemui
Dengannya disisih
Perjuangan ini
Senang diharungi
Bertambah murni
Kasih Illahi
KepadaMu Allah
Kupanjatkan Doa
Agar berkekalan
Kasih sayang kita…..
Dek Elis Zanaresti kini sudah sah menjadi istri saya. Setelah semuanya selesai saya bersama Dia segera pulang menuju rumah Gayuhan – Arjosari. Bapak yang turut hadir segera pulang menuju rumah Nanggungan untuk mempersiapkan kunjungan kerumah Gayuhan nanti sehabis maghrib.
Sesampainya di rumah Gayuhan setelah sesaat bercengkerama dengan teman – teman “batur manten” saya pun segera menantikan moment berdua yang akan saya jadikan ajang obrolan pertama kali dengan dek Elis dan dilanjutkan sholat sunnah dua rakaat. Namun ternyata keadaan mengatur lain, sepanjang siang sampe sore suasana rumah ramai disibukkan oleh persiapan menyambut tamu “besan” dari keluarga Nanggungan. Dek Elis pun seperti lupa kalau sudah punya suami, sibuk dengan segala tetek-bengek-nya. Tak ada pertanyaan “mas sudah makan?”, atau sekedar “Mas mau dibikinin Teh atau kopi?”. Saya seperti dicuekin, tapi saya malah senyum – senyum sendiri melihat gelagat dek Elis yang seperti lupa kalau sudah punya suami..hahaha.
Akhirnya saya memilih mengungsi kerumah Pak Nur, tetangga samping yang dengan baik hati menawari kamarnya untuk istirahat memulihkan tenaga untuk persiapan menghadapi acara Walimatul ‘ursy nanti malam selepas maghrib. Dan tak lama selepas maghrib rombongan keluarga dari nanggungan datang dirumah Gayuhan. Acara malam ini ditutup dengan jamuan makan dan diakhiri dengan berjabat tangan untuk mendoakan kami berdua.
Perlahan – lahan pun penghuni rumah pun mulai surut. Para tetangga yang membantu “rewang” satu persatu pulang kerumah masing – masing. Sekitar pukul 21.30 moment yang ditunggu akhirnya datang juga. Saya memasuki sebuah kamar yang sudah dipersiapkan untuk kami berdua. Emmm…tak ada yang istimewa dengan kamar istimewa yang saya masuki. Kamar biasa tanpa hiasan (mengingatkan pada pernikahan kakak saya dimana kamar pengantin dihias dengan bagus), terlihat tumpukan kado yang mendominasi suasana kamar malam ini. Terlihat sebuah tempat tidur berukuran sedang yang segera saya ajak berkenalan dengan cara mendudukinya. Bukan berjenis spring bed, bukan juga Busa. Hmmmm…ternyata Kasur ini berjenis langka. Kasur kapuk yang terasa keras. Mungkin karena disebabkan pemakaian yang sudah cukup lama sehingga kapuk ‘mati’, tidak lagi empuk. (jadi senyum – senyum sendiri).
Kemudian kami berdua melaksanakan sholat sunnah dua rakaat berjamaah. Selesai sholat saya hampir lupa untuk meletakkan tangan di kening istri sambil berdoa, ”Allahumma Innii Asaluka Min Khoiriha wa Khoiri Ma Jabaltaha Alaihi. Wa Audzu bika Min Syarri wa Syarri Ma Jabaltaha Alaih—Wahai Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan kebaikan dari apa yang Engkau berikan kepadanya serta Aku berlindung kepada-Mu daripada keburukannya dan keburukan yang Engkau berikan kepadanya..”
Memandangi wajah istri didalam kamar membuat saya seperti bermimpi. Sungguh tidak menyangka, orang yang saudara aja bukan, teman juga bukan, kenal juga belum lama, namun kini menjadi segalanya. Ahhh…betapa leganya kami berdua setelah melewati hari yang cukup menguras energi nan melelahkan. Kami berdua merebahkan badan di kasur ‘empuk’ untuk melepas lelah. “Oh malam pertama, akhirnya engkau datang juga” (sambil mengusap – usap kasur). Alhamdulillah.
–selesai–
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria.
hahahaha ga dilanjut mas #plak jadi ngiri lol wkwkwk.. Maklumin aja lagi sibuk, ga ‘ngeh’ kalo jadi isteri baru juga ijab qabul ._.
Kapan nih dikenalin isterinya ke kita/? Btw sekarang mas tinggal dimana??
Comment by Dewi Puspita Sari — September 17, 2014 @ 10:30 am
Hahahaha,,,, kalao cerita ulang istri jadi malu tuh. iya wi sekarang udah gak di cikarang, tapi udah di pacitan
Comment by TOHA — September 18, 2014 @ 7:50 pm