“Tidak akan pernah tidak punya apa – apa tanpa pernah punya apa – apa”
Sepedaku parkir di MM Bekasi
Ketika tidak punya apa – apa.
Ketika pulsa tinggal 165 rupiah, pulsa istri pun tak ada 100 rupiah, Kuota internet 0 Mb, uang tinggal enam ribu rupiah. Serasa tidak punya apa – apa. Dan aku tersadar bahwa saat tidak punya apa – apalah harus belajar tetap tenang. Seperti disaat masih SD, “Harap TENANG ada UJIAN”. Ketika tidak punya apa – apa dianggap sebagai (soal) ujian hidup, maka KETENANGAN adalah pengiring terbaik dalam ikhtiar menemukan jawaban (solusi).
Ketika tidak punya apa – apa.
Ketika saat sahur tiba dan tidak ada lagi yang bisa untuk dimasak. Oh iya, masih ada mangga yang sudah masak dan tak perlu dimasak, untuk disajikan sebagai menu sahur. Kadang lewat keterbatasanlah otot syukur benar – benar bangkit. Saat tidak punya apa – apa adalah saat terbaik untuk belajar tetap menikmati kebahagiaan. Jika saat tidak punya apa – apa masih bisa tetap menghadirkan kebahagiaan, apalagi nanti ketika punya apa – apa.
Ketika tidak punya apa – apa.
Ketika saat hidup di perantauan, tinggal di kontrakan seorang diri. Tanggal gajian masih 3 hari lagi, uang di kantong tinggal goceng, Alhamdulillah masih ada 4 bungkus Indomie di lemari. Alhamdulillah masih punya tanggal gajian yang selalu dinanti.
Ketika tidak punya apa – apa.
Ketika saat hidup di perantauan, sepulang kerja mampir sholat maghrib di sebuah masjid, tas raib diambil orang. Semua yang berharga hilang tak berbekas, dunia seakan menjauh. Terasa menjadi orang sial yang tidak beruntung. Tersadar, dulu waktu lahir juga tidak punya apa – apa, bahkan sehelai benang sekalipun. Kalau sekarang masih ada baju yang menempel di tubuh, berati aku masih beruntung.
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria.
