Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya Rumah Inspirasi Toha Zakaria

September 22, 2013

Mobil Murah Vs MobNas, dan Macet Jakarta

Filed under: Inspirasi Pribadi — Tags: , , — TOHA @ 12:01 am

Kemacetan JakartaMungkin jokowi sering tidak bisa tidur nyenyak memikirkan Jakarta dengan segala masalah yang begitu kompleks. Dan tak bisa di pungkiri kalau selama ini kinerja Jokowi-Ahok dinilai baik atau minimal punya integritas keseriusan dalam membangun Jakarta. Salah satu masalah klasik yang menjadi ikon di Jakarta adalah masalah kemacetan. Dan tentu ini merupakan persoalan besar dan pelik yang berada pada urutan prioritas atas seperti halnya masalah banjir. Untuk kasus kemacetan, Jokowi sudah punya program besar yaitu membangun transportasi massal yang lebih bisa menjadi solusi untuk masyarakat jakarta dalam bertransportasi. Dalam hal ini MRT (Masive Rapid Transit) menjadi sebuah program yang ditelurkan jokowi. Harapannya dengan adanya MRT bisa menjadi pilihan yang lebih Valuable bagi masyarakat jakarta untuk lebih memilih mengunakan angkutan umum ketimbang menggunakan kendaraan pribadi.

Tak bisa dipungkiri semakin banyaknya mobil pribadi di Jakarta menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kemacetan setiap hari, selain tentu juga masalah pertumbuhan jalan yang tidak seimbang. Ditambah lagi dengan sarana transportasi umum yang tidak bisa mengcover kebutuhan masyarakat Jakarta. Jika ada alat transportasi massal yang punya nilai lebih ketimbang kendaraan pribadi tentu masyarakat Jakarta akan lebih memilih menggunakan alat transportasi massal untuk berpergian. Dalam hal ini tentu menjadi tantangan bagi Jokowi untuk menyediakan Alat transportasi massal yang menampung banyak menumpang, murah, dan cepat. Dalam hal ini MRT menjadi senjata yang dipersiapkan jokowi. Bagaimana dengan busway? Sejauh ini busway belum bisa mengcover ketiga nilai yang menjadi syarat penting dari sebuah solusi macet Jakarta, yaitu, murah, menampung banyak penumpang, dan cepat.

Dan ditengah pusingnya Jokowi mengatur strategi mengatasi macet di Jakarta, muncul kebijakan yang sangat aneh dari pemerintah pusat yaitu mengeluarkan (lebih tepatnya mengijinkan) program mobil murah ramah lingkungan. Murah dan ramah lingkungan atau Low Cost Green Car (LCGC), itulah kedok yang dipakai pemerintah untuk menarik perhatian masyarakat. Dalam hal ini program mobil murah dan ramah lingkungan (LCGC) diwakili oleh Toyota dengan produknya Toyota Agya dan daihatsu dengan produknya Daihatsu Ayla. pemerintah seakan dengan lantang dan bangga sesumbar “dengan mobil murah dibawah 100 juta tentu akan semakin banyak masyarakat yang punya mobil”. Tentu ini menjadi sebuah kabar buruk untuk jokowi. Betapa tidak, dengan program nyleneh dari pemerintah berkedok “murah & ramah lingkungan” tentu akan membuat Jakarta semakin macet. Dan bila ditelaah lebih jauh sebenarnya embel – embel “murah & ramah lingkungan” punya nilai bias yang bisa lebih jauh diperdebatkan.

Jika diendus lebih dalam, sebenarnya dasar kebijakan ini bukan hanya sekedar soal “murah & ramah lingkungan”, namun juga terkait kapitalisme bisnis global dalam mengeruk keuntungan sebesar – besarnya. Bahkan ada pengamat yang mencium ada faktor politik yang ikut berperan terkait kepentingan pemilu tahun depan. Dan jika kamis malam tanggal 19 September kemarin Anda menonton acara Forum Indonesia di Metro Tv bertajuk Mobil Murah vs Mobnas, pasti Anda akan semakin ngeh kalau kebijakan pemerintah kali ini seperti dimunculkan tanpa kesadaran menyeluruh. Dalam hal ini tentu perusahaan asing yaitu Toyota & Daihatsu yang diuntungkan. Karena mereka akan semakin bisa melebarkan sayapnya mengeruk keuntungan dari pasar negeri ini. Tidak bisa dipungkiri, karena faktor kongkalikong itulah akhirnya pemerintah dalam hal ini diwakili 4 kementerian (perindustrian, pekerjaan umum, perhubungan, dan keuangan. Wow 4 kementerian boo!!) menyetujui atau lebih tepatnya memberi restu Toyota & Daihatsu untuk meluncurkan mobil murah.

Dan pada akhirnya program mobil murah yang sudah terlanjur diluncurkan ini tidak hanya berkontradiksi dengan permasalahan macet di Jakarta, namun juga menyulut api peperangan dengan pihak yang sedang memperjuangkan Mobil Nasional. Tentu para penggiat Mobil Nasional geleng – geleng kepala melihat kebijakan pemerintah yang kurang pas ini. Tanda tanya pun muncul, “kenapa pemerintah bukan malah mendukung (modal, riset, teknologi, kebijakan) program Mobil Nasional supaya indonesia mampu memiliki produk Mobil Nasional yang berkualitas dan terjangkau, tapi malah memberikan dukungan pada perusahaan asing (Toyota & Daihatsu) untuk mengeluarkan mobil berkedok Murah dan ramah lingkungan?”. Dengan kebijakan seperti itu tentu Mobil Nasional akan layu sebelum berkembang karena secara teknologi dan efisiensi saja kalah jauh dengan dua perusahaan asing tersebut.

Sebagai penutup saya sertakan sebuah foto kendaraan murah ramah lingkungan dan mengurangi kemacetan. Bukan mobil dalam foto tersebut yang saya maksud, melainkan foto sepeda saya yang sedang parkir di Gramedia Bekasi (Metropolitan Mall). 🙂 .
Sepedaku MM Bekasi

Semoga Bermanfaat

Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria.

4 Comments »

  1. Berawal dari permasalahan mobrah vs mobnas, maka lebih baik harga mobil dinaikkan. Toh, kata murah bersifat relatif tidak menunjuk pada nominal harga tertentu. Murah bagi siapa? Kelompok kelas menengah atas?
    Jadi lebih baik menaikkan harga mobil, dimana harga itu satu paket dengan biaya plus pajak. Ga ada logika mobil murah. Di singapura ga ada mobil murah. Kok mikirnya memanjakan kelas menengah baru. Padahal ini mereka kelas hipokrit, di satu sisi masih ingin dianggap kelas bawah menikmati segala subsidi tapi ingin berlagak kaya kelas atas. Harusnya pemerintah berpikir pertumbuhan infrastruktur, dan produktivitas dibanding konsumsi.

    Rumusannya begini:
    Harga mobil total = harga jual mobil riil + pajak barang mewah + pajak pengembangan infrastruktur & jalan (sekian % per km) + pajak subsidi BBM.

    Sehingga tiap org yg beli mobil punya tanggungjawab terhadap lalu lintas macet dan harga BBM.

    Rumusan ini sebagai solusi atas infrastruktur jalan raya yang cenderung tidak tumbuh, dan juga antisipasi terhadap inefektivitas kebijakan pembatasan BBM bersubsidi.

    Semakin mewah dan besar cc nya, semakin besar pajak subsidi BBM nya. Ga perlu menghabiskan anggaran kementerian demi iklan sosialisasi layanan masyarakat ttg BBM subsidi. Ga perlu debat menghabiskan waktu untuk kenaikan harga BBM, apalagi BLT. Dan pasti tidak ada demo kenaikan BBM krn alasan BBM dikonsumsi kelas menengah atas yang sekian persen hidup di Jakarta.

    Selain itu, harga mobil “murah” juga kita patok diatas harga mobil nasional. Karena mobil murah harus beri insentif untuk pengembangan industri otomotif nasional. Dengan demikian, masyarakat dihadapkan pada pilihan, membeli mobil nasional, atau mobil murah asing.

    Comment by Mahadarma — September 22, 2013 @ 7:39 am

  2. Menarik mas Darma.. terimakasih atas umpan baliknya. dan pada intinya ini adalah soal kebijakan baik yang tidak pada waktu yang tepat. mungkin pemerintah akan lebih elegan jika mengeluarkan kebijakan “sembako Murah”, misal.

    Comment by TOHA — September 24, 2013 @ 5:59 am

  3. Mobil murah adalah kebijakan yg baik… mendukung industri… tentu harus diikuti dengan kebijakan lainnya. Tirulah di Thailand dan India, harga mobil di sana relatif lebih murah dari di Indonesia. Kendaraan (mobil/motor) nggak usah dipajakin macem2, tetapi BBM nya nggak usah disubsidi. Toh sama aja, kendaraan dipajakin, tapi bbm disubsidi, kantong kiri kantong kanan juga kan?
    Yg penting disediakan alternatif lain, transportasi massal yg mudah, murah, aman, dan nyaman. Tarif parkir dinaikkan, ERP. Kendaraan BBG dan listrik disediakan dan disubsidi. Jalur sepeda disediakan. Akhirnya penggunanya akan mikir juga.
    Satu keluarga punya banyak mobil juga boleh. Katakanlah satu keluarga isinya 4 orang, semua bisa mengemudi, kalopun keluarga itu punya 20 mobil, dalam satu waktu hanya ada 4 mobil yg digunakan. Nggak mungkin kan dalam satu waktu keluar 20 mobil.
    Jadi semuanya kembali ke pemerintah pusat, nggak usah melarang-larang orang beli mobil, tapi sediakan alternatif, sehingga akhirnya rakyat yg akan memilih.

    Comment by Budiharto — September 22, 2013 @ 8:28 am

  4. Terimakasih Pak Budiharto.Y sudah mampir dan memberikan umpan balik yang melengkapi. dan pada akhirnya mobil murah adalah kebijakan baik namun tidak diiringi dengan kebijakan “sekelilingnya” yang mendukung.
    idealnya, pemerintah meuwujdkan transportasi massal yg murah dan menjadi solusi bagi masyarakat (transportasi massal yg mudah, murah, aman, dan nyaman. Tarif parkir dinaikkan, ERP. Kendaraan BBG dan listrik disediakan dan disubsidi. Jalur sepeda disediakan), baru selanjutnya mendukung Mobil Nasional menjadi mobil murah yang berkualitas.

    Comment by TOHA — September 24, 2013 @ 6:07 am

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment

Powered by WordPress