Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya Rumah Inspirasi Toha Zakaria

June 9, 2013

Pengalaman Tak Terlupa Masa SMA

Filed under: Curhat — Tags: , — TOHA @ 3:24 am

Kran Air KenanganHari ini kamis jadwal pelajaran olahraga untuk kelasku, 3 IPA 3. Seperti kelas – kelas lain yang jadwal olahraganya lebih dulu, hari ini adalah hari praktik lari jarak jauh, sekitar 3,5 km. Masih terngiang kejadian kemarin sore dengan Mamak (ibu). Sore kemarin aku menghadap mamak untuk menyampaikan kalau pelajaran olahraga hari ini adalah praktik lari jarak jauh. Yang ujung – ujungnya aku berniat meminta uang saku sekolah. Aku pun memulai perbincangan. “Mak, besok olahraganya lari jarak jauh”. Mamak pun sudah paham dengan maksud kalimat singkatku, dan segera beliau mengeluarkan “pusakanya” yaitu dompet warna orange yang sudah kusam. Aku pun lega melihat mamak mengeluarkan dompetnya. Sambil membuka dompetnya dan mengarahkan ke aku, “Nang, mamak tidak bisa memberi uang jajan untuk besok, ini duit mamak tinggal Rp.500, dan Bapakmu belum terima bayaran”. Terlihat jelas selembar uang Rp.500 dominasi warna hijau berhiaskan gambar rumah adat. Jegleerrrr….jawaban mamak benar – benar makjleb dan akan menciptakan kenangan tak terlupa hingga masa depan. Aku pun dengan singkat membalas “Ouh Ya sudah Mak ndak apa – apa”. Ya, jawaban mamak seperti itu memang sudah membuatku bertekuk lutut tak berkutik. Jawaban tersebut tak mungkin lagi membuatku merengek – rengek memaksa untuk meminta uang saku. Besok pun aku harus berangkat sekolah yang mana ada praktik olahraga lari jarak jauh, tanpa uang saku.

Di keluargaku sejak lama sudah menjadi tradisi bahwa memberi rutin uang saku adalah hal yang absurt. Semua berawal dari kemampuan ekonomi yang memang pas – pasan. Sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (SD) aku memang sudah terbiasa berangkat sekolah tanpa uang saku. Bukan berati tidak pernah sama sekali. Meskipun tidak setiap minggu, kadang satu hari dalam seminggu aku mendapat uang jajan dari mamak yang besarnya tak seberapa. Besarnya hampir setengah dari kebanyakan yang diterima teman – teman sekolahku. Dan masih teringat jelas ketika SD aku sering datang kerumah saudaraku yang tak jauh dari sekolahan untuk sekedar minum air putih dari teko kendi..ahhhh betapa segarnya.

Memasuki SMP-SMA tradisi tersebut masih terpelihara oleh keadaan. Bedanya, kalu masa SMP-SMA misalkan hari ini ada pelajaran olahraga dengan praktek yang menguras keringat (misal : Lari, sepakbola) biasanya mamak memberi uang saku untukku. Oleh karena itulah kemarin sore aku memberanikan diri untuk minta uang jajan, meskipun akhirnya dengan hasil tanpa hasil. Dimasa SMA khususnya ketika masih kelas 1 ketika bel istirahat pertama tiba (jam 09:00) biasanya saya memilih diam di dalam kelas. Tidak seperti kebanyakan teman – teman yang lain yang ketika bel istirahat tiba begitu antusias menyambutnya, antusias untuk segera menyerbu kantin. Dan kebetulan pada waktu kelas 1 letak kantin tepat berada dibelakang kelasku. Perasaan malu pun tidak bisa ku tutupi. Apalagi ketika mereka, teman – temanku pulang dari kantin seakan memandangiku dengan penuh heran. Mungkin dalam batin mereka bilang “Kok toha jarang banget ke kantin ya”. Namun menginjak kelas 2 akhirnya aku menemukan solusinya supaya tidak terdiam di dalam kelas ketika jam istirahat pertama tiba, yaitu ke Perpustakaan (untungnya hoby baca) atau ke mushola untuk sholat dhuha. Di jam istirahat kedua (jam 12:00) barulah aku keluar kelas. Tapi bukan untuk ke kantin, melainkan ke mushola untuk sholat dzuhur. Bahkan aku masih ingat jelas berapa kali aku masuk ke salah satu kantin yang biasa jadi langganan murid laki – laki, 4 kali selama 3 tahun di SMA 1 Pacitan.

Akhirnya hari ini, kamis di akhir tahun 2003 aku harus berangkat sekolah tanpa uang saku seperti hari – hari kebanyakan. Ide membawa bekal air minum dari rumah pun sempat melintas di pikiranku, namun terhalang rasa malu karena memang tidak lazim ke sekolah bawa botol berisi air minum dari rumah. Dan memang belum pernah aku temui siswa yang mengeluarkan dari dalam tas botol minuman yang dibawa dari rumah. Seakan ada aturan budaya tak tertulis yang berbunyi “di sekolah minum ya ke kantin, ngapain bawa air minum dari rumah kayak gak mampu beli di kantin aja”.

Jam pelajaran olahraga pun tiba, dan seperti kelas – kelas lain yang jadwalnya lebih dulu, hari ini adalah praktik lari jarak jauh. Priittt…bunyi peluit tanda start lari dimulai. Diawal – awal semua masih bisa kompak lari beriringan menuju garis finish yang sama. Namun perlahan – lahan sudah mulai ada yang ketinggalan. Jelas – jelas ini bukan lari sprint, namun ada beberapa yang dari awal langsung gober lari kenceng dan setelah beberapa puluh meter malah berhenti karena kecapekan. Mungkin mereka tidak perhitungan sedari awal kalau lari kali ini adalah lari jarak jauh, bukan lari sprint. Jadi kita harus pintar – pintar mengatur nafas dan energi karena memang jaraknya jauh. Pelan pun tidak apa – apa asal konsisten, tidak banyak berhenti. Seperti juga hidup, hidup bukanlah seperti lari sprint namun layaknya lari jarak jauh (marathon). Dan seperti di jelaskan diatas, meskipun berangkat dengan waktu yang sama dan tujuan finish yang sama, namun pada akhirnya tiap orang akan mendapatkan hasil yang berbeda.

Dan targetku untuk finish diurutan pertama Alhamdulillah tercapi. Mengalahkan 36 siswa lainnya. Dari awal start motivasi dan semangatku sudah jelas. Meskipun Aku tidak mendapat uang saku seperti mereka, tapi aku harus lebih baik dari mereka, Aku harus juara 1.

Keringatpun bercucuran tak terkira, Seragam olahraga pun basah oleh keringat. Akupun berteduh dibawah pohon beringin di halaman sekolah sambil menunggu semua mencapai finish. Namun ternyata pak guru memperbolehkan kami yang sudah lebih dulu mencapi finish meninggalkan arena untuk istirahat sebelum ganti jam pelajaran. Masih ada sekitar 30 menit pergantian jam ke pelajaran Biologi yang diajar Bu Aniek Suwahyuni. Ketika teman – teman berhamburan ke kantin untuk menebus dahaga, setelah ganti baju seragam akhirnya aku memutuskan ke mushola sekolah yang letakanya ada dibagian depan. Sambil merebahkan badan pikiranku berseliweran.

“hmmm…haus juga ya, tapi jam pulang masih lama, 4 jam lagi. apa sebaiknya ntar pas jam istirahat aku minjem duit temen baikku di RISMA ya (ekstrakurikuler remaja masjid)?, tapi malu ah, masa harus pinjem duit, nanti kalau laporan ke mamak pasti tambah gak enak aku. Atau gak usah minjem, ngomong terus terang aja pasti ntar dikasih, Rp.200 kan dah cukup buat beli segelas Es teh. Ah gak usah, ntar malah aku tambah malu”.

Tiba – tiba secepat kilat terlintas dalam benakku kran tempat wudhu yang ada di mushola. Dan tanpa berpikir panjang dengan sedikit mengendap – endap aku langsung menuju kran tempat wudhu. Setelah melihat kanan kiri aman tidak ada orang (sepi, kebetulan jam pelajaran) akupun dengan cepat membuka kran dan menengadahkan mulutku ke atas menyambut segarnya air ledeng sekolah. Gleg..gleg..gleg, tiga tegukan air ledeng masuk membasahi kerongkonganku. Segernya air kran yang bagaikan air zam – zam. Setelah ditutup dengan cuci muka, aku buru – buru meninggalkan mushola karena takut ada yang curiga dengan yang barusan kulakukan. Sepanjang jalan menuju kelas hatiku berdebar – debar tidak menyangka dengan kejadian yang berlangsung begitu cepat yang seakan tanpa perhitungan.

Aku pun memasuki kelas dengan mimik gembira seperti tidak terjadi apa – apa. Memasuki pelajaran biologi pun aku masih belum tenang terngiang – ngiang kejadian tadi. Ibu guru dan 36 siswa di ruangan ini tidak ada yang tahu dengan kejadian aneh di mushola tadi. Kalau mereka ada yang tahu betapa malunya aku. Kalau mamak sampai tahu pasti beliau meneteskan air mata. Aku pun akhirnya menyemangati diri sendiri. Biarkan kejadian aneh tadi menjadi salah satu cerita penuh makna untuk masa depan. Toh semua sudah terjadi, dan aku tidak melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Biarkan pengalaman tadi menjadi energi penyemangat untuk meraih sukses, meraih kehidupan yang lebih baik dan menebar manfaat untuk orang banyak.

Salam Mengalir Penuh Berkah
Toha Zakaria

No Comments »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment

Powered by WordPress