Saya duduk termenung di pojokan samping kasir di sebuah toko roti di MM bekasi. Saudara sepupu saya lagi mengantri untuk membayar 2 potong roti yang telah di pilihnya. Dan setelah saya hitung ternyata dia ada di urutan ke 11. Aduh… banyak banget. Dan akhirnya pun saya bertemu lagi dengan yang namanya “menunggu”. Kegiatan yang paling banyak di benci orang. Menunggu kereta, menunggu ibu yang lagi belanja di pasar, menunggu pacar, atau menunggu gajian…. Di saat seperti ini tak ada teman ngobrol keculai diri saya sendiri. Maka agar kegiatan menunggu tidak membosankan, saya mencoba mengamati suasana mal yang penuh dengan manusia dengan tipe bermacam – macam. Subhanallah saya tertegun dengan apa yang saya lihat dan rasakan. Begitu banyak orang berseliweran. Dengan berbagai model, ukuran, warna, corak, kepentingan dan tentunya pikiran yang bermacam – macam. Atau kalo bahasa kantor saya, orang dengan model dan sufix apapun ada di mall ini. Di Setiap orang yang ada di mal ini punya peta pikiran yang sangat rumit. Seperti juga saya, setiap dari mereka punya keinginan, cita – cita, masalah, kesedihan, dan lingkungan yang berbeda – beda. Mulai dari kumpulan masalah, kumpulan cita – cita yang belum kesampaian, sampai kumpulan rencana yang belum jalan. Atau dengan kata lain mall yang di padati ratusan bahkan mungkin ribuan manusia ini, adalah kumpulan dari peta pikiran yang sangat komplek. Jadi tidak hanya rame oleh suara riuh pengunjung, tetapi secara vibrasi pikiran, tentu 1 mall ini penuh dengan frekuesni gelombang pikiran yang sangat ruwet. Akupun akhirnya tersenyum sendiri. Betapa ruwetnya gelombang yang dihasilkan dari pengunjung mall ini. Gelombang masalah yang di bawa ke mall, gelombang kebahagiaan, gelombang bisnis, gelombang pekerjaan, gelombang sex, gelombang pernikahan, semua menyatu.
Jika dari sekarang di tarik garis lurus kedepan selama 100 tahun. Apa yang akan terjadi dengan orang – orang yang ada di mal sekarang ini. Tentu dengan peluang 99% jawabannya adalah mati. yang tentunya pemikiran, rencana dan harapan yang ada di dalam otak para pengunjung akan ikut menghilang dan digantikan oleh keruwetan pemikiran yang baru. Mungkin banyak harapan yang belum tercapai, tetapi kematian telah mendahului. Banyak kesedihan yang belum sepenuhnya terobati, telah di dahului pisahnya hayat dari badan. lamunan saya di berhentikan oleh suara dari belakang. “hey,… ngelamun ya. enak banget”. Akhirnya saya bersama saudara saya pergi meninggalkan mal itu.
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria