“Jangan pernah meremehkan kecilnya sebutir pasir dalam perannya mewujudkan bangunan megah”
Beberapa hari lalu saya chating lewat YM dengan seorang teman jauh. Beliau menanyakan tentang sebuah seminar pengembangan diri yang diadakan salah satu selebTwit. Dan kebetulan saya sudah sering mengikuti seminar yang diisi oleh pembicara yang beliau maksud. Kemudian teman saya tadi bertanya dengan 3 pertanyaan beruntun. “Terus, dari ilmu itu, udah kamu terapin? Menghasilkan? Significant?”. Tiga pertannyaan sekaligus. Pikiranku pun melayang jauh ke salah satu temanku yang pernah mengatakan “Ha, kamu tuh sering ikut seminar, rajin baca buku, tapi kok biasa – biasa aja. Rugi donk”, dan ku jawab singkat “ya ga pa2, lha wong mencari ilmu itu dah jadi hobby kok”.
Namun ternyata jawaban yang sederhana tersebut tak cukup membuatku puas. Ada makna dalam dan luas yang seharusnya muncul. Dan ditengah – tengah chating malah melintas di kepala saya sebuah kalimat dari seorang perencana keuangan yang bunyinya : “kaya itu perlu, terlihat kaya itu ga perlu”. Dan dari kalimat inilah kemudian memancing jawaban – jawaban liar yang lebih dalam dan bermakna dari kepala saya. Jujur, secara pribadi saya sangat bersyukur di karuniai semangat belajar yang luar biasa. Pada prinsipnya, dunia selalu berubah dan mau tak mau kita pun harus selalu mengikutinya. Bila tidak, maka kita pun akan tergilas oleh perubahan itu sendiri. Namun apakah dengan banyak ikut seminar, banyak baca buku, lalu kehidupan kita berubah cepat dan signifikan?. Belum tentu. Namun jika hanya berdiam diri sudah ada kepastian yang akan diperoleh, yaitu tertinggal oleh yang namanya “Perubahan”.
Seringkali Saya ditanya oleh teman kerja, manfaat nyata apa yang saya peroleh dari mengikuti seminar, atau membaca sebuah buku?. Saya pun menjawab “Pengetahuan saya bertambah, kebijaksanaan saya berkembang, yang dengannya saya memiliki energi untuk mengejar cita – cita saya”. Namun kadang saya malah jadi sedih campur miris ketika manfaat yang ditanyakan adalah manfaat secara materi riil. Saya pun berpikir bahwa manfaat tak terlihat (pengetahuan, kebijaksanaan, dll) selalu lebih besar dari manfaat terlihat ketika baru selesai mengikuti sebuah seminar maupun selesai membaca sebuah buku. Dan bukankah dari manfaat tak terlihatlah akhirnya muncul manfaat terlihat?. Dan bisa jadi apapun kondisi sekarang adalah proses dari sebuah pembangunan istana megah yang mungkin baru akan terlihat –dinikmati– kemegahannya di masa depan.
Dan kenyataanya memang demikian adanya. Setelah mengikuti seminar atau selesai baca buku, tidak serta merta langsung berubah seperti yang dijanjikan di seminar atau buku yang kita baca. Namun, yakinlah bahwa tidak akan ada yang sia – sia dengan ilmu yang kita peroleh. Meski sekarang kita berprofesi sebagai internet marketer, jangan pernah menganggap tabu ilmu planologi yang kita pelajari di bangku kuliah. Meski sekarang kita seorang motivator, jangan pernah meremehkan ilmu kelautan yang kita tekuni di bangku kuliah. Mungkin kita tidak menyadari kalau kita yang saat ini dengan segala kerumitannya, terbentuk dari setiap sel pembelajaran yang telah kita lakukan di masa lalu. Dan seperti yang saya bilang di depan, bisa jadi kita sedang membangun sebuah istana kesuksesan yang belum berwujud sebuah istana. Jangan pernah meremehkan kecilnya sebutir pasir dalam kontribusinya mewujudkan bangunan megah. Jangan pernah meremehkan sekecil apa pun ilmu yang telah kita timba untuk membangun istana kesuksesan kita.
Memang, aktual sekarang saya hanya seorang buruh pabrik. Yang kemana – mana masih setia dengan sepeda ontel, yang masih biasa sarapan pagi di pinggir jalan denga nasi rames grobak dorongan. Namun semua itu sedikit pun tak melunturkan kepercayaan saya untuk terus Belajar, belajar, dan belajar. Tak membuat saya menaruh curiga terhadap keabsahan ungkapan “Teruslah belajar sepanjang hayat, belajarlah dari dalam rahim hingga liang lahat”.
Semoga Bermanfaat.
Salam Sukses Penuh Berkah
Toha Zakaria.
