Kabar baik kan pak! Lewat surat ini saya ingin bertanya dan berbagai cerita sepele. 2 kali saya tahu bapak mebicarakan tentang odol –meskipun hanya sebuah guyonan-. yang pertama lewat buku yang bapak tulis, dan yang kedua saya mendengar langsung dari bapak waktu ketemu di Jakarta. Ada hal menarik yang membuat saya mengakaji ulang pemikiran saya tentang kebiasaan orang terhadap barang yang satu ini (odol). Bapak mengatakan bahwa cara memencet odolpun bisa menjadi penyebeb pertengkaran kecil di sebuah rumah tangga.
Jika odol sudah di pakai 1/3, ketika bapak mau sikat gigi, bapak mencet dari bawah (dari area yang sudah kosong-terus keatas) atau dari atas (di area yang masih penuh)? Jawaban bapak mencerminkan kondisi kehidupan bapak. Inilah kemungkinannya :
1. Jika bapak mencet dari atas (area yang masih penuh) maka kemungkinan mencerminkan :
Kemungkinan pertama : kehidupan bapak penuh dengan kecukupan. Sehingga mencet odol dari arah manapun tidak mempengaruhi keuangan bapak. (mau beli odol berapapun sebulan tak jadi persoalan).
Kemungkinan kedua : bapak kurang rajin sikat gigi. Sehingga mempegaruhi kedisiplinan bapak untuk menghabiskan odol dengan benar – benar habis. (dari bawah terus ke atas, secara konsisten)
Dan biasanya sudah berganti odol ketika odol lama sudah kelihatan habis – tapi belum benar – benar habis.
2. Dan sebaliknya jika bapak mencet dari area bawah (teratur dari bawah, dan terus – terus ke-atas) Maka kemungkinan mencerminkan :
Kemungkinan pertama : kehidupan bapak tidak penuh kelimpahan. Untuk mencukupi kebutuhan pokok (misalkan makan) tergolong sulit. Sehingga mengharuskan perilaku bapak terhadap odol pun harus disiplin. Menghabiskan odol hingga benar – benar habis. Sehingga menuntut pikiran dan tindakan bapak untuk memencet odol dari bawah ke atas secara konsisten ketika hendak sikat gigi. Atau bisa di bilang : jangan sampai ada odol tersisa/terlewat di bagian bawah sedikitpun.
Kemungkinan kedua : Bapak rajin sikat gigi. Sehingga meskipun bapak dalam kelimpahan -misalkan, bapak tetap konsisten untuk disiplin memencet odol yang benar (yaitu dari bawah ke atas).
Dan biasanya belum berganti odol jika odol lama belum benar – benar habis.
Pengalaman di atas saya alami dari sejak kecil. Dan sikap memencet odol dari bawah secara konsisten tersebut bukanlah doktrin langsung dari orang tua saya. Tetapi sebuah doktrin dari situasi dan kondisi kehidupan keluarga saya sejak kecil. Untuk memenuhi kebutuhan pokok –makan- sangat jauh dari kelimpahan. Sudah sebuah kewajaran mama’ saya ngutang tempe, mi, beras atau sayuran kepada tetangga – tetangga keluarga saya. Sehingga untuk urusan kebutuhan odol, yang tentunya pentingnya di bawah kebutuhan makan, tidak bisa terpenuhi secara normal. Akibatnya setiap kali keluarga saya bisa beli odol, timbul sikap otomatis untuk menghabiskan odol dengan benar – benar habis –tanpa sisa- karena untuk menghemat. Yang akhirnya secara tidak sadar terbentuklah kebiasaan untuk memencet odol secara konsisten dari bawah. Dan tentunya itu tidak pernah terjadi di keluarga yang berkecukupan. Tapi ternyata kebiasaan tersebut bisa berubah. Buktinya : salah satu kakak saya yang sudah berkeluarga, telah melanggar kebiasaan lama sejak kecil untuk memencet odol secara konsisten dari bawah. Kebiasaan baru kakak saya setelah berkeluarga memencet odol dari bagian atas (yang masih penuh). Karena memang kehidupan kakak saya sekarang tidak seperti kehidupannya waktu kecil dulu. Sekarang bisa di bilang lebih makmur. Sudah bisa memenuhi kebutuhan sekunder dengan leluasa.
Tetapi untuk diri saya sendiri sampai sekarang masih konsisten. Memencet odol dari bawah. Walaupun kondisi kemakmuran saya sudah tidak sama dengan kondisi keluargaku dulu. Dan ada pertanyaan besar yang ingin saya tanyakan pada bapak sebagai berikut : Apakah cara dan keyakinan saya memencet odol secara konsisten dari bawah, akan menghambat saya untuk sukses?, untuk makmur?. Karena mungkin (karena saya belum menemukan apakah benar pikiran bawah sadar saya seperti ini) ketika saya memencet odol dari bawah secara konsisten, -misalkan- itu sama saja saya mengatakan pada diri saya bahwa saya ini harus menghemat. Saya ini untuk kebutuhan pokok saja susah. Atau sama dengan : saya ini tidak makmur, tidak berkelimpahan. Apa perlu ada yang harus saya rubah?.
Cukup sekian dari saya pak. Mohon maaf jika telah menggangu waktu dan lebih – lebih pikiran bapak yang super sibuk –kali.
JAWABAN :
Pak, Jika anda yakin bahwa mencet odol dari bawah mewakili kondisi yang “sulit” sehingga Bapak harus berhemat dengan cara itu… maka terjadilah seperti yang Bapak yakini. So… hati-hati memilih belief (Sistem keyakinan). Salam