September 2024. Sepulang saya dan istri pulang dari Jogja, Aya langsung laporan, “aya atut ao mbah edok” —Aya takut mbah wedok—-. Yang dimaksud Aya adalah simbah putri dari gayuhan (ibu mertua).
Saya tanya lebih detail, “Aya takut simbah, kenapa?”. “Dimarahin”, jawab Aya. Saya gali lebih dalam melalui obrolan ringan. Acara bercerita lebih detail, dan terkuaklah data penyebab Aya trauma/ takut dengan simbah gayuhan.
Selama 6 hari saya dirawat di bthesda Jogja, Aya dan kedua kakaknya di rumah nanggungan dalam penjaagaan penuh ibu mertua. Baru kali ini ketiga anak saya berpisah dengan saya dan istri cukup lama (hampir seminggu). Mendekati hari kepulangan, tepatnya hari ke-5 (Jumat), Aya dimarahi simbahnya yang membuatnya trauma. Perihal disuruh makan, aya menolak karena belum lapar. Hampir seminggu mengurus anak-anak kecil tentu bukan hal mudah, membuat energi terkuras, kesabaran menipis, yang akhirnya Aya menjadi lahan pelampisan simbahnya.
Aya tidak lagi mau didekati maupun mendekat dengan simbah. Terlihat penyesalan dari ibu mertua karena membuat Aya trauma dan tidak mau lagi mendekatinya. Bila dipaksa mendekat, membuat Aya menangis histeris. Berbagai rayuan dari simbahnya untuk meluluhkan hati Aya tidak berhasil. Diajak jajan, beli sate, sampai diajak beli mainan, namun tidak kunjung berhasil membuat aya mau mendekap kembali ke sinbahnya. Ketika simbahnya sudah pulang ke rumah Gayuhan, dan mencoba berbicara melalui telepon dengan Aya, namun tidak berhasil. Aya menolak sambil berteriak menangis.
Teringatlah saya dengan metode terapi menggunakan THT (The Heart Technique) yang diciptakan oleh Pak Adi W Gunawan, Buku THT pertama kali saya dapatkan November 2019 saat berkunjung ke Adi W Gunawan Institute. 3 Bulan kemudian saya mengikuti workshop THT di Sekolah Anugerah Pekerti yang diisi langsung oleh Pak Adi W Gunawan, dan setahun kemudian diperdalam saat mengikuti QLT. THT Sudah pernah saya gunakan untuk menerapi dua kakaknya Aya, Faiza & Zizi.
Dan kali ini saya gunakan untuk menetralisir trauma yang dialami Aya sofia, trauma terhadap simbahnya.
Malam menjelang tidur THT untuk Aya dilaksanakan. Melibatkan 3 orang, yakni Saya, istri, dan Aya tentunya. Setelah terapi selesai Aya langsung diajak tidur mamaknya.
Keesokan harinya, istri saya menelepon ibu mertua. Dengan maksud agar Aya bisa ngobrol dengan simbahnya. Dengan tenang Aya mau meladeni obrolan dengan simbahnya. Tidak ada lagi terikan histeris seperti sebelumnya.
Beberapa hari kemudian Istri mengajak Aya pergi ke rumah simbah di Gayuhan, Aya bersedia tanpa ada penolakan. Dan pulang-pulang dapat uang ?.
===============
8 Desember 2024
Alhamdulillah Hari ini saya berkesempatan mengasah kembali ilmu THT yang diadakan mbak Titi (Rahadyasti Mularatnasari). Tentunya juga mendapatkan buku THT yang isinya lebih tebal dari buku THT yang saya dapatkan di QLT 4 tahun lalu.