September 2024. Sepulang saya dan istri pulang dari Jogja, Aya langsung laporan, “aya atut ao mbah edok” —Aya takut mbah wedok—-. Yang dimaksud Aya adalah simbah putri dari gayuhan (ibu mertua).

Saya tanya lebih detail, “Aya takut simbah, kenapa?”. “Dimarahin”, jawab Aya. Saya gali lebih dalam melalui obrolan ringan. Acara bercerita lebih detail, dan terkuaklah data penyebab Aya trauma/ takut dengan simbah gayuhan.
(more…)