(kurang dari 6 menit untuk selesai membacanya)
ANAK KELAS 3 SD SEMBUH ASMA DENGAN HIPNOTERAPI
Buku ini saya beli pada 30 September 2012 di Gramedia Graha Cijantung, Jakarta. Harga buku ini saat dibeli adalah Rp 165.000. Buku ini tidak saya beli dengan lembaran uang, namun dengan menukarkan voucher Gramedia (250 ribu) yang saya dapatkan dari lomba menulis yang diadakan Gramedia beberapa bulan sebelumnya.
Gambaran besar tentang buku ini membahas perihal pikiran, emosi, stres, dan dampaknya terhadap tubuh. Jika diwakilkan dengan kalimat yang lebih singkat buku ini tentang PENYAKIT PSIKOSOMATIS, sakit yang disebabkan oleh faktor psikis.
Di awal-awal buku ini juga tertulis kutipan dari The American College of Family Physicians yang memperkirakan bahwa 90% penyakit disebabkan oleh faktor psikis, bukan organis.
.
Di salah satu halaman buku ini, Pak Adi juga mengutip hasil penelitian Dr. Candace Pert, yang diawal penelitiannya berasumsi bahwa emosi hanya terjadi di otak atau kepala. Namun akhirnya, dari temuan penelitiannya ia tahu bahwa EMOSI SEBENARNYA ADA DI TUBUH FISIK.
Seperti yang pernah Pak Adi jelaskan, biasanya jika ada pasien konsultasi maka akan ditanya terlebih dahulu, sudah ke Dokter belum? peran medis didahulukan, jika kemudian sakit tidak kunjung sembuh atau tidak ditemukan masalah, baru kemudian dicoba melalui hipnoterapi. Jadi biasanya alurnya seperti berikut ini : Sakit => berobat medis => tidak kunjung sembuh => Hipnoterapi.
Dalam buku ini banyak contoh kasus Penyakit psikosomatis yang berhasil sembuh melalui hipnoterapi, contoh kasus ke-13 yang akan saya ceritakan dibawah ini.
………………………….
AGUS SEMBUH ASMA DENGAN NIAT DAN IMAJINASI
Agus berusia 10 tahun, datang terapi ke Pak Adi bersama kedua orangtuanya. Mengingat Agus masih kelas 3 SD, saat mengisi data formulir klien, agus diwakili oleh ibunya.
Dari data yang digali dari orang tua Agus, diketahui Agus lahir prematur saat usia 8 bulan kehamilan. Saat usia 4 tahun Agus mengalami batuk pilek yang kemudian sejak itulah Agus didiagnosis asma. Saat usia 5 tahun Agus pernah mengalami kejadian asma kambuh yang membuatnya harus dilarikan ke UGD dikarenakan tubuhnya membiru akibat Asma.
Dari kejadian yang sudah-sudah, ketika pemicu asma yakni batuk pilek menyerang, setelah minum obat biasanya Agus langsung sembuh. Namun kali ini agak berbeda, sudah minum obat namun tidak ada perubahan, malah semakin memburuk, dan puncaknya saat malam hari Agus mengalami sesak hebat yang kemudian harus dilarikan ke UGD. Dari sinilah kemudian diketahui bahwa Agus menderita Asma yang disebabkan alergi debu dan udara dingin.
Sejak saat itulah Asma membuat Agus tidak bisa beraktivitas bebas layaknya teman-teman sebayanya. Dalam setahun Agus bisa mengalami kambuh asma sebanya 3-4 kali. Agus juga tidak bisa bebas mengikuti kegiatan sekolah yang bersentuhan dengan hawa dingin dan debu.
Orang tua Agus mendapati info tentang Pak Adi dari salah satu temannya yang sembuh migrain setelah terapi ke Pak Adi.
Apa yang dialami Agus ini mengingatkan saya kepada seorang teman yang juga menderita Asma yang biasanya dipicu alergi debu dan dingin. Teman saya ini kemana – mana selalu membawa obat untuk antisipasi jika sewaktu – waktu kambuh. Di rumah, saat pertemuan, ataupun saat ngojek pasir, selalu sedia obat.
.
TERAPI PUN DIMULAI
Di dalam ruang terapi hanya ada Pak Adi dan Agus. Orang tua Agus menunggu di luar ruangan. Ini adalah salah satu protokol yang harus dipatuhi, karena jika saat terapi ada pihak ketiga dalam ruangan, akan berpotensi menghambat proses terapi, bahkan meskipun orang ketiga tersebut hanya diam saja.
Di awal terapi, Pak Adi menjelaskan kepada Agus tentang pemahaman asma yang kurang tepat. Misalnya, kebanyakan orang mengatakan bahwa saat asma terjadi, nafas sulit bahkan mengeluarkan bunyi itu dikarenakan sulitnya menghirup udara segar masuk ke paru-paru. Padahal yang benar adalah saat asma terjadi, kita sulit mengeluarkan nafas. Tepatnya, sulit mengeluarkan nafas dikarenakan otot polos berkontraksi yang kemudian membuat jalur nafas menyempit.
Mengingat usia Agus masih usia anak-anak, Pak Adi menjelaskan dengan bahasa sederhana agar bisa mudah diterima. Pak Adi menggunakan kantong plastik dan tali yang melingkar di leher plastik untuk memberikan gambaran terkait asma agar Agus bisa memahami dengan baik. Kantong plastik ditiup agar udara masuk (nafas masuk), kemudian tali di bagian leher plastik ditarik kuat. Saat kantong ditekan agar udara keluar (nafas keluar) maka udara di dalam kantong akan sulit keluar. Lalu bagaimana agar udara (nafas) mudah keluar? Betul, yaitu dengan cara melonggarkan tali pengikat plastik.
Tali pengikat ibarat otot yang berkontraksi yang menghalangi nafas keluar yang kemudian menyebabkan asma kambuh. Agus pun mempraktekkan adegan kantong plastik yang dicontohkan Pak Adi agar dia benar-benar paham bagaimana asma bisa terjadi. Jadi asma terjadi ketika nafas hendak keluar, tanpa disadari dihalangi otot-otot di saluran pernafasan yang mengencang. Maka saat terjadi asma, jalan agar nafas mudah keluar adalah dengan merilekskan otot-otot di saluran pernafasan tersebut.
Kemudian Agus dibimbing Pak Adi untuk dibawa masuk ke dalam kondisi hipnosis agar pikiran bawah sadar terbuka sehingga setiap input dari Pak Adi benar-benar masuk/diterima.
Setelah rileks Agus dibimbing agar membayangkan dirinya menaiki sebuah permadani, kemudian ukuran tubuhnya menjadi sangat kecil. Agus terbang dengan permadani masuk kedalam lubang hidung. Di dalam hidung terlihat aliran udara putih segar. Agus mengikuti aluran udara tersebut hingga ke arah bawah dan bertemulah ia dengan gelembung udara di ujung lorong kecil.
Masa kanak-kanak adalah masa dominan pikiran imajinasinya, sehingga Agus dengan mudah membayangkan dengan detail setiap instruksi yang diberikan Pak Adi dalam menyusuri saluran pernafasan. Bentuk dan warna jalur udara yang dilalui, otot-otot yang membentuk dinding, hingga sensasi hangat udara dalam saluran pernafasan dengan sangat detail bisa Agus rasakan.
Dengan mengimajinasikan bentuk saluran pernafasan beserta otot-ototnya, Agus dengan mudah bisa mengikuti intruksi Pak Adi untuk mencoba menegangkan otot-otot pernafasan, dan juga merilekskan kembali otot – otot tersebut. Menegangkan otot sama dengan membuat jalur nafas menjadi sempit yang kemudian menyebabkan sesak nafas (gejala asma) dikarenakan sulit mengeluarkan nafas. Merilekskan kembali otot – otot terebut membuat jalur nafas menjadi lancar.
Latihan ini beberapa kali diujicobakan kepada Agus saat masih dalam relaksasi pikiran yang dalam, dan dengan sangat baik Agus bisa mempraktikkannya.
Kemudian Agus dibimbing kembali ke kesadaran normal. Pak Adi mengajak Agus ngobrol seputar hobbinya untuk memancing agar pikiran sadar benar-benar telah kembali normal.
Ketika Agus sudah terjaga dalam kesadaran normal, Pak Adi meminta Agus untuk mempraktikkan dengan sengaja menegangkan dan merilekskan saluran pernafasannya. Saat otot – otot pernafasan dibuat tegang, maka seketika Agus mengalami sulit nafas. Semakin diniatkan tegang, semakin Agus sesak nafas. Kemudian dengan segera Pak Adi meminta Agus untuk merilekskan otot – otot pernafasannya, seketika ia kembali bernafas dengan nyaman, normal. Praktik menegangkan dan mengendurkan otot – otot pernafasan ini dilakukan beberapa kali sampai Agus benar – benar lihai.
Kemudian tanpa bimbingan, Agus diminta Pak Adi untuk mempraktikkan sendiri kemampuan menegangkan dan merilekskan saluran pernafasannya agar semakin teruji dan mahir.
Di tahap akhir sebelum orangtua Agus diminta masuk ke ruang terapi, Pak Adi memberikan pemahaman dan sugesti kepada Agus agar mulai sekarang dan seterusnya setiap mengalami sesak nafas atau asmanya kambuh, dia bisa langsung melakukan antisipasi dengan cara merilekskan otot – otot pernafasannya agar kembali lega.
Orang tua Agus oleh Pak Adi diminta untuk masuk ke dalam ruang terapi dan menyaksikan Agus mempraktikkan kemampuan menegangkan dan merilekskan otot – otot pernafasannya, atau dengan kata lain Agus diminta dengan sengaja memunculkan gejala asmanya kambuh. Tentu saja kedua orang tua Agus langsung panik melihat Agus mengalami gejala sesak nafas. Seketika Agus langsung bisa menormalkan kembali pernafasannya, dan tentu saja orangtua Agus bingung sekaligus senang melihat kejadian ini.
Di akhir pertemuan Pak Adi tak lupa memberikan saran dan masukan kepada orang tua Agus agar efek terapi kali ini bisa berdampak maksimal. Ke depan tentu Agus perlu dukungan kedua orang tuanya agar bisa semakin mahir mengasah kemampuan merilekskan otot – otot pernafasannya. Bila tidak dalam kondisi darurat/ terdesak, sebaiknya Agus tidak perlu minum obat ataupun dibawa ke UGD.
Terapipun selesai..
Beberapa waktu kemudian, di pekan kedua, Pak Adi mendapat kabar dari ibunya Agus bahwa pada malam hari sebelumnya Agus sempat mengalami gejala serangan Asma, namun dengan cepat ia bisa segera merilekskan jalur pernafasannya sehingga sesak nafas yang dialaminya langsung hilang. Dan tentu saja Agus tidak perlu minum obat lagi.
SELESAI
Yang membaca sampai selesai dan mendapatkan manfaat dari tulisan ini, jangan lupa like komen share, ya.
#bukubercerita
#tohazakaria
#bukubercerita13
#adiwgunawan