Setiap kita yang masih diberi kehidupan di muka bumi pasti punya masalah. Setiap masalah dari yang level kroco² sampai yang level besar (menurut kita) berpotensi memunculkan stress, atau dalam bahasa saya memunculkan kekacauan dalam pikiran yang berlarut-larut.
Stress tidak semuanya buruk. Ketika stres dihadapi dengan jantan sepenuh hati, maka jadilah itu stress yang baik (eustress).
Menerima, menghadapai, dan menyelesaikan masalah penyebab stress (di dalam & di luar diri).
Sebaliknya ketika stress kita hadapi dengan mental yang lemah, berlarut-larut pada kekacauan yang di dalam dan tidak segera menyelesaikan yang diluar, maka jadilah stress yang buruk (distress).
Menyayangi dan memaafkan diri sendiri bisa menjadi salah satu gerbang untuk mengelola stress yang positif. Setiap kita punya kecenderungan untuk lebih banyak memperhatikan yang di luar diri daripada yang di dalam diri. Termasuk dalam hal memaafkan diri sendiri.
Memaafkan diri sendiri akan menjadi pembuka kita lebih perhatian, menyayangi, dan membuat diri lebih berdaya menghadapi setiap stress yang hadir dalam hidup.
Bahkan dalam teknik terapi ho’oponopono, frase terakhir (ke-5) adalah juga tentang memaafkan diri sendiri.
========
Sebagai penutup, ada sebuah nasihat yang saya dapatkan sekitar 13 tahun yang lalu, kalimat nasihat tersebut adalah :
~~Jangan risaukan nikmat yang belum kau miliki, tapi risaulah akan nikmat yang belum kau syukuri. Terkadang Allah menganugerahkan nikmat melalui masalah, dan memberi masalah melalui nikmat.
Salam
…………..
foto : di terminal Pacitan, mengantar sepupu balik ke planet bekasi.