Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya, Dengan Menge-Blog-kannya Rumah Inspirasi Toha Zakaria

August 22, 2020

3 Cerita di Bulan Agustus

Filed under: Curhat,Inspirasi Pribadi — Tags: , , — TOHA @ 7:26 pm

HPL kelahiran anak ke-3 sudah lewat 3 hari. Tanggal 18 Agustus sudah berlalu. Entah mengapa kelahiran anak ketiga ini lebih menguras perasaaan daripada kelahiran anak faiza & fauzia.

Normal atau cesar, biaya besar atau kecil, cukup di Bidan atau di Rumah Sakit, bahkan sampai hal yang di kelahiran anak pertama kedua tak pernah terlintas di pikiran, yakni Istri Selamat atau tidak. Peristiwa meninggalnya 2 orang teman saat melahirkan di satu tahun belakangan sungguh terus menghantui pikiran. Ngeriii, jangan-jangan istri saya bernasib seperti mereka. Oh tidak Ya Allah.. Aku tidak siap, Aku tidak sanggup menerima takdir seperti suami mereka yang harus kehilangan istri saat proses melahirkan.

Saat-saat tegang seperti ini biasanya kita hanya fokus pada diri sendiri, fokus pada masalah yang tengah dihadapi, dan berpotensi abai terhadap tanda-tanda yang dihadirkan semesta melalui kejadian-kejadian di depan mata, yang bisa jadi kita anggap sepele. Padahal bisa jadi kejadian-kejadian yang mungkin kita anggap sepele tersebut, yang butuh campur tangan kita, adalah sengaja Allah hadirkan untuk menguji kita. Apakah kita tergerak membantu atau malah mengabaikan, yang bisa jadi itu akan menjadi sebab apakah kita layak mendapatkan pertolongan Allah disaat kesulitan melanda.

Ada tiga kejadian dalam sebulan ini yang ingin saya ceritakan.

Kejadian Pertama.
*Malaikat kecil di Indomaret*
Hari senin disiang yang terik, saya mampir Indomaret Arjowinangun untuk membeli minuman pelepas dahaga. Saat sampai kasir saya berada diururtan kedua. Saat orang di depan saya lagi menyelesaikan transaksi bersama mbak kasir. Ada anak kecil sekitar kelas 3-4 SD masuk indomaret langsung menuju rak depan kasir.
“Mbak ini berapa?” Anak kecil tersebut menunjukkan dua bungkus coklat dengan bungkus ungu..
“Sembilan ribu sekian”, jawab mbak kasir setelah mengecek di layar komputer, sambil terus menyelesaikan transaksi orang di depan saya.

Anak kecil tersebut tampak ragu membolak-balik coklat yang ada di tangan kanan. Tangan kiri memegang uang, saya lihat dengan jelas selembar 5 ribuan.

Coklat dikembalikan ke rak, kemudian pindah ke coklat dengan bungkus warna dominan hijau. Saya lihat harga di rak empat ribu sekian.. anak kecil tersebut terlihat masih adalam keraguan. Uang dalam genggaman tangan kiri saya langsung saya perhatikan. Selembar 10 ribuan dan selembar lima ribuan. Kebetulan dompet saya tinggal di jok motor.

Dalam benak langsung terputar film kehidupan di masa lalu saat seusia seperti anak kecil tadi. Sekolah sangat jarang dikasih uang jajan. Mencari barang rongsokan di tempat-tempat sampah untuk kemudian dijual, menjadi tukang pijet, jadi kurir antar jemput ember ‘komboran’ air rebusan kedelai yang digaji 1500 sebulan. Semua demi mendapatkan uang untuk bisa membeli jajan.

Film masa lalu terputar begitu cepat, secepat kilat, yang kemudian tanpa pikir panjang saya langsung menyodorkan selembar sepuluh ribuan kepada anak kecil tersebut. Anak kecil itu hanya diam polos menerima uang dari saya, terlihat sekali wajah tak percaya atas pemberian saya tersebut.

Kemudian mbak Kasir melayani saya duluan. Sebotol air mineral dingin yang harganya tak sampai 5 ribu. Saya keluar menuju tempat motor terparkir. Sengaja saya perlambat gerak menunggu anak kecil tadi keluar. Ternyata diluar sudah menunggu anak perempuan yang usianya masih dibawah anak kecil di dalam indomaret. Begitu keluar, anak kecil tadi membawa 2 buah coklat yang kemudian dibagi dengan anak kecil perempuan yang ada diluar. Owh, berati yang nunggu diluar ini adiknya.

Cerita kedua
*Malaikat berwujud orang gila*
Disebuah sore dalam perjalanan menuju rumah mertua, Nanggungan – Gayuhan. Saya berhenti di depan pasar Arjosari. Berniat membeli cilok untuk oleh-oleh kedua anak saya. Saat sore di depan pasar Arjosari banyak penjual makanan mulai dari warung tenda hingga yang menggunakan motor. Mie ayam, ayam bakar, roti bakar, somay, nasi goreng, cilok, dan lain-lain ada dijajakan di depan pasar Arjosari. Penjual cilok malah ada 3.

Saat tengah mengantri membeli cilok, ada pemandangan tak biasa yang menarik perhatian saya. Ada seorang laki-laki dengan pakaian sobek compang – camping rambut kumal, yang kebanyakan kita menyebutnya “orang gila”, wong edan, sambil menengadahkan tangan terlihat tengah meminta makanan disebuah warung nasi goreng. Namun usaha pertama gagal. Kemudian dia pindah ke tukang somay. Namun gagal lagi. Terakhir saya lihat diujung pasar dekat ATM mandiri dia menghampiri penjual cilok. Kali ini usahanya setengah berhasil. Lho kok bisa?. Karena penjual cilok masih mendingan daripada dua penjual sebelumnya. Penjual cilok memang tidak memberi cilok, namun menyodorkan botol aqua berisi air putih.

Begitu cilok pesanan saya disodorkan oleh penjual, tanpa pikir panjang saya langsung berlari menyebrang menuju indomaret. Saya membeli sebotol minuman jeruk dan dua buah roti yang total kesemuanya 15 ribu sekian. Bergegas saya langsung menuju tempat motor terparkir di dekat penjual cilok, menyalakan motor dan meluncur menghampiri orang gila yang ternyata masih di dekat penjual cilok depan ATM Mandiri. Saya langsung menyodorkan plastik indomaret kepadanya. Dia tersenyum, terlihat tanpa beban. Langsung mengulurkan tangan menerima pemberian saya. Segera saya melanjutkan perjalanan menuju gayuhan yang tinggal 3 km lagi.

Cerita ketiga
*Malaikat peminta obat*
siang itu saya dan istri baru pulang dari dokter di Pacitan. Berawal dari saran bidan agar istri dibawa ke dokter kandungan untuk mengetahui lebih detail mengenai kondisi kandungan setelah HPL sudah lewat 3 hari. Kabar tidak baik didapatkan dari kunjungan dokter kali ini. Posisi bayi melintang, tensi tinggi, dan hari senin atau selasa dokter menyarankan operasi (cesar). Degggg…sungguh pukulan telak dalam pikiran lahir dan batin.

Ditengah-tengah ketegangan dan ketakutan, tiba-tiba muncul sms dari nomer yang belum dikenal (belum tersimpan), yang bunyinya :

“Assalamu alaikum mas toha…niki ibuke Ar**n…mas ngapunten…po kagungan arto 30 rb ae mas…kat wingi niku nebus obat kurang artone…ngapunten…suwun mas”

“Assalamualaikum mas toha… ini ibunya Ar**n… mas maaf.. apa punya uang 30 ribu saja mas. Dari kemarin mau nebus obat kurang uangnya. Mohon maaf.. terimakasih mas”.

Oh, ini dari ibu yang rumahnya Bengkal – Tanjung.

Campur aduk pikiran dan perasaan memikirkan operasi cesar istri, terhenyak oleh kabar sms diatas. Ditengah kondisi yang tengah saya hadapi, sangat layak sms tersebut saya abaikan, tidak saya tanggapi. Namun akhirnya saya berpikir lain, jangan-jangan ini “utusan Allah” yang dihadirkan untuk menguji keteguhan saya, peduli atau tidak.

Sorenya di hari yang sama segera saya meluncur ke pacitan, menuju rumah di bengkal tempat Ibu A**un tinggal. Selembar 50 ribu saya haturkan kepada Ibunya A**un. “Maaf, bu baru bisa datang. Doanya ya bu, untuk kelancaran persalinan istri saya”.

Maghrib hampir tiba, segera saya meninggalkan rumah tersebut untuk segera kembali ke Gayuhan Arjosari.
.
Tak henti-henti berdoa, tak henti-henti bermunajat.

“Ya Allah, lancarkanlah persalinan anak ke-3 saya. Sehatkan ibu dan bayinya…aamiin”

No Comments »

No comments yet.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL

Leave a comment

Powered by WordPress