Memang idealnya di kawasan jababeka tidak ada satupun pedagang kaki lima yang berjualan. Tentunya dengan alasan klasik. Mengganggu ketertiban kawasan. Namun faktanya kawasan jababeka telah menjadi sumber mencari nafkah bagi banyak pedagang kaki lima. Ribuan pabrik berdiri disini.
Saya jadi teringat dengan pengalaman lucu mengenai security di kawasan jababeka. Waktu saya beli nasi uduk di pedagang kakai lima yang mangkal di salah satu perempatan kawasan jababeka, tiba – tiba mobil patroli security kawasan jababeka berhenti disamping gerobak penjual nasi. Di dalam mobil ada dua orang security kawasan jababeka berpakaian lengkap. Kedua security tersebut tidak turun dari mobil dan tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Herannya, si pedagang nasi seakan sudah paham maksud tujuan security yang datang terus hanya diam tersebut. Bapak si penjual nasi dengan cekatan segera meracik 2 bungkus nasi lengkap dengan sayur dan lauknya. Dan segera memberikan kepada dua security yang menunggu di dalam mobil. Dan terlihat jelas kedua security tersebut tidak memberi uang kepada bapak si penjual nasi. Karena penasaran saya akhirnya menanyakan pada pedagang nasi tersebut. “pak, security tadi itu ga bayar ya?” begitulah saya bertanya dengan penuh penasaran. Dan jawaban yang mengagetkan meluncur dari mulut pedagang tersebut. “biasa mas, minta jatah”. Dari kejadian tersebut saya menyimpulkan
“sebenarnya berjualan di pinggir jalan kawasan jababeka adalah hal yang dilarang, tidak diperbolehkan karena mengganggu ketertiban. Dan tanggung jawab security kawasan jababeka untuk mentertibkannya. Dan dalam hal ini tentunya security kawasanlah yang ditakuti para pedagang. Akan tetapi bolek kok tetap berjualan asal memberi gratis apapun yang dijual –khususnya makanan – pada security yang sedang patroli”.
Atau kalau dibuat sebuah drama percakapan, seakan security yang di didalam mobil ingin mengatakan pada si pedagang “pak.. pak, silahkan berjualan nasi disini. Ga saya usir kok. Asal Bapak ngasih saya nasi yang bapak jual. 2 bungkus aja dech”, Heheheheh. Dan ternyata kejadian seperti diatas sering saya temui di pedagang makanan lainnya. Penjual gorengan, penjual nasi kuning, dan bisa jdi masih banyak penjual – penjual lainnya.
Namun akhir – akhir ini kejadian seperti diatas tidak pernah saya temui lagi. Mungkin sudah ketahuan dan dimarahi sama pak Setiono Djuandi Darmono. Hehehe. Siapakah pak Setiono Djuandi Darmono ?. pak Darmono adalah pendiri sekaligus Presiden Direktur Kawasan industri jababeka.
Ah.. Security juga manusia. Yang butuh makan.
Pedagang nasi juga manusia. Yang butuh makan.
Penjual cobek juga manusia yang butuh makan juga.
Update : 9 July 2011
Diluar dugaaan saya, ternyata apa yang dilakukan Security Jababeka di atas, akhir – akhir ini sering saya temui lagi. dari mulai tukang donat, penjual buah, tukang nasi uduk, hingga tukang gorengan. memberi setoran ke security jababeka berupa makanan yang mereka dijual. bukan tidak mungkin lama – kelamaan akan berganti setoran uang. Hmmm.. sungguh miris melihatnya
Salam Penuh berkah.
Toha Zakaria.
hitam putihnya Indonesia H… kalo sudah begitu bagaimana cara indonesia lepas dari budaya korupsi ?? bagaimana indonesia bisa Sehat H ??
Comment by haris — July 19, 2010 @ 12:57 pm
@haris. Mulai dari diri sendiri mas. 🙂
Comment by Toha Zakaria — July 19, 2010 @ 1:06 pm
blognya keren . kunjungi blogku juga ya
Comment by bikin kaos murah — January 10, 2011 @ 10:01 pm
@bikin kaos murah. Terimakasih atas kunjungannya. 🙂
Comment by TOHA — January 11, 2011 @ 7:44 pm
Aku pedagang juga mas d kawasan jababeka 1
Comment by budi_es — December 17, 2013 @ 1:15 am
Alangkah indahnya jika semua hidup berdampingan dan di hargai seperti manusia, sekuriti, pedagang kecil, pengusaha, karyawan saling memberi ruang.
Comment by Tri — July 9, 2019 @ 2:07 pm