Sudah cukup lama sebenarnya saya meniatkan rencana ini, namun situasi dan kondisi belum memungkinkan. Dan di malam minggu pertama di bulan juli ini sepertinya saya harus menyempurnakan rencana, karena besok pagi rencana yang sudah lama diniatkan akan dieksekusi.
Rencana apa itu? Sederhana sebenarnya. Saya pernah meniatkan dalam diri untuk suatu pagi membelikan sarapan pagi nasi bungkus godong jati untuk Pak Prof. Besok minggu pagi rencana siap dieksekusi, karena malam ini Pak Prof menginap di Rumah Juang hanya berdua dengan ajudannya.
Minggu pagi, waktu Shubuh wilayah Pacitan kali ini memang semakin mundur, hampir mendekati setengah 5. Seusai sholat Shubuh saya langsung bersiap-siap untuk menjalankan rencana yang sudah diniatkan. Pukul 5 pagi masih belum genap, saya langsung berangkat menuju Bonredi. Warung untuk membeli sarapan nasi bungkus godong jati sudah ditentukan. Sebenarnya ada dua lokasi warung sarapan pagi yang ada di jalan Dr. Sutomo, Bonredi. Yang pertama, Warung Bu Srini, berada tak jauh dari pertigaan Pembangunan, sedangkan yang kedua adalah Warung Mbak Anik berada agak ke arah selatan mendekati perempatan Giri Sampurno.
Warung kedua yang saya pilih, karena berdasar pengalaman, warung Bu Anik yang paling awal melayani pembeli. Kalau warung Bu Srini jam 5 baru lewat sedikit bisa dipastikan belum siap untuk melayani pembeli.
Di perjalanan menuju warung, saya dalam kebimbangan. Lauk apa yang akan saya pilihkan untuk Pak Prof. Hmmm… apa ya. Pecel jelas tidak ada, lauk ayam jelas tidak masuk, lauk endog glundung kok kayaknya kurang pas ya, apalagi lauk tahu – tempe.
Sesampainya di warung saya langsung memesan 4 porsi sarapan nasi bungkus godong jati. Hamparan bermacam lauk tersaji dalam lemari kaca, di tengah kebimbangan akhirnya pilihan jatuh ke ikan bandeng, meski bukan bandeng presto. Lho, kok 4 bungkus? Untuk siapa saja?. Dus bungkus untuk Pak Prof dan mas Ajudan, dan yang dua lagi untuk Saya dan istri..hehe.
Berati saya pulang lagi ke rumah untuk mengantar jatah istri saya?. Oh, tidak. Rencananya tidak seperti itu. Rencana pagi ini yang sudah saya cetak tebal dalam pikiran adalah, dari warung saya langsung menuju ke Rumah Juang. Pagi masih gelap, nanti nasi sarapan akan saya gantungkan di gagang pintu depan, pikirku pasti masih sepi dan belum buka pintu. Kemudian saya langsung pulang ke rumah, sampai di rumah saya nyalakan HP kemudian mengabari mas Ajudan melalui WA perihal nasi sarapan yang saya gantung di pintu. Begitulah rencana awal saya.
Keperluan di warung mbak Anik telah tunai, bergegaslah saya meneruskan perjalanan menuju Rumah Juang, yang hanya berjarak kurang dari 3 km dari tempat saya beli sarapan. Pagi masih gelap, dingin menusuk kulit, semakin dekat tujuan semakin berdebar. Sebelum belok masuk gang, Rumah Juang sudah terlihat dari kejahuan.. lho, kok sudah gelap. Ada apa gerangan. Begitu masuk gang yang hanya berjarak 2 rumah dari Rumah Juang, saya langsung mematikan sepeda motor agar suaranya tidak terdengar/mengganggu saat tiba di tujuan. Baru beberapa meter saya menuntun motor, kejadian tak terduga terjadi. Tiba-tiba mobil Crv keluar dari kegelapan halaman Rumah Juang. Ternyata Pak Prof dan ajudannya mau keluar rumah. Tepat berhenti di samping saya. Kaca samping sopir dibuka, Waduwh…saya mati langkah, campur aduk antara ‘isin’, gemetar, dan susah mau ngomong apa.
“Mas, mau cari keringat dulu. Main Tenis.”
Jawaban tak terduga, membuat saya hanya bisa melongo. Pagi masih gelap, perkiraan saya di awal masih bersantai dalam kamar, namun ternyata sudah berangkat untuk olahraga pagi.
Lamunan kilat saya terhenti ketika mas Ajudan mengulurkan tangan, memberikan kunci rumah kepada saya.
“Tunggu di rumah ya”, kata Pak Prof menutup pembicaraan. Dan mobil kembali berjalan meninggalkan saya. Saya kemudian menuju Rumah Juang.
Kebingungan pun melanda, posisi saya sedang tidak membawa HP. HP saya cas, ditinggal di rumah. “Bagaimana nanti kalau Pak Prof pulang dari Tenis langsung beli sarapan?”.Mau mengabari kalau sudah saya bawakan sarapan, tapi lagi gak bawa HP.
Akhirnya saya kembali pulang ke rumah, tujuan utama untuk mengambil HP agar bisa mengabarkan perihal sarapan, sekalian mengantar bungkusan sarapan jatah istri. Tidak sampai 15 menit saya sudah kembali ke Rumah Juang. Langsung menyalakan HP, buka WA, mengabarkan ke Pak Prof & Ajudan bahwa sudah saya bawakan sarapan.
Menyeduh kopi, menyantap sarapan, dan update toko online, kegiatan yang saya lakukan sembari menunggu Pak Prof datang. Sejam berlalu, namun belum ada notif dari WA Pak Prof maupun mas Ajudan. Centang dua, namun belum berwarna biru.
Pukul 7 lebih 5 tiba-tiba muncul panggilan telepon dari nomer Pak Prof. Alhamdulillah, beliau belum beli sarapan.
Tak lama kemudian Pak Prof datang, bermandikan keringat. Mas Ajudan terlihat kering keringat, malah seperti baru bangun tidur. Oh, mungkin tadi Pak Prof main tenis bersama orang lain, bukan dengan mas Ajudan. Teh hangat sudah saya persiapkan di meja makan bersama bungkusan sarapan.
Pak Prof dan mas Ajudan terlihat menikmati sarapan bungkus godong jati yang saya bawakan, meski dengan lauk yang kurang maksimal. Ada hiasan kecil saat Pak Prof dan Mas Ajudan tengah menikmati sarapan, yakni nyeplus ranjau lombok utuh di menu sarapan. Waduwh.. huh..haahh.. huh hahhh. Maaf..maaf, maaf Prof.
Salam huh hah penuh berkah.
Toha zakaria