Bagi saya, membaca merupakan teman disaat sepi. Bagaimana tidak, disaat sendiri di ruang yang sepi maupun disaat sepi di tengah keramaian, membaca benar – benar bisa menjadi teman (aktivitas) yang bisa memunculkan dialog – dialog yang rumit dan panjang. “tiada hari tanpa membaca”, kalimat itulah yang sering saya temui sewaktu masih sekolah MI (Madrasah Ibtidaiyah). Berawal dari sekolah MI hoby membaca itu muncul. Dulu sewaktu masih sekolah MI buku yang sering saya baca adalah CERPEN dan buku pengetahuan alam. Dari cerpen tukang krupuk kulit, cerpen tentang patung emas purbakala yang membuat siapa saja yang mengambilnya mati, hingga cerpen dengan tokoh cerita para binatang hutan. Kalau buku Pengetahuan Alam, ada 3 judul yang membuat saya masih terkesan sampai sekarang. Judulnya, “Bermain Dengan Pengetahuan”, “Rahasia sehari – hari”, dan “Melacak Alam”. ketiga buku tersebut karya Hans Jurgen Press. Kumpulan ratusan ratusan percobaan sederhana yang sarat ilmu dan pengalaman.
Buku menjadi teman dekat saya di ‘Apartemen’ 3 X 5 Meter. Dengan membaca buku, seakan menjadi perantara untuk ngobrol dengan penulisnya. Tak perlu bertemu langsung dengan Tung desem waringin untuk ngobrol dengan beliau. Begitu juga dengan Mark Joyner, Adi w Gunawan, Joe Vitale, Ibrahim Elfiky, Valentino dinsi, atau bahkan mereka yang telah wafat. Buku telah mendekatakan kita dengan pemikiran – pemikiran luar biasa para tokoh dunia tanpa harus bertemu langsung dengan mereka. Seakan mereka tengah ngobrol dihadapan kita mencurahkan pemikiran – pemikirannya. ‘Apartemen’ yang hanya dihuni satu orang pun berubah menjadi ramai. Ramai oleh ilmu baru yang berseliweran, yang kadang hanya membuat saya berkata “ouw”. Bagi saya, membaca layaknya menikmati sajian yang lezat.
Salah satu rumus kehidupan adalah “Banyak Membaca Banyak Tahu”. Samakah orang yang banyak tahu dengan orang yang tidak banyak tahu?. Samakah orang yang berpengetahuan dengan orang yang tidak berpengetahuan?. Bahkan membaca bisa menjadi salah satu penangkal miskin. Jika tidak ingin bodoh, Bacalah!. Bukankah kebodohan sangat dekat dengan kemiskinan. Kegiatan membaca yang kita lakukan saat ini merupakan investasi (wujud) masa depan kita.
Maka, Bacalah.
Salam Penuh Berkah
Toha Zakaria, 17 February 2010
dengan buku kita bisa melihat dunia…
Comment by Nova Imoet — February 17, 2010 @ 8:11 pm